Technoscience

AI Percepat Penemuan Resep Semen Ramah Lingkungan

Ketika semen dicampur dengan air, pasir, dan kerikil, ia berubah menjadi beton—bahan bangunan paling banyak digunakan di dunia. Namun, produksi semen diketahui menjadi salah satu penyumbang emisi karbon dioksida (CO2) terbesar di bumi, bahkan melebihi sektor penerbangan. Para peneliti dari Paul Scherrer Institute (PSI) di Swiss kini memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) untuk menemukan formula semen baru yang tetap kuat tetapi jauh lebih ramah lingkungan. Dengan memanfaatkan pemodelan komputasi dan jaringan saraf buatan, mereka berhasil menciptakan sistem yang mampu mensimulasikan ribuan kombinasi bahan hanya dalam hitungan detik, untuk menemukan resep semen dengan emisi CO2 minimal tanpa mengorbankan kualitasnya.

Industri semen selama ini menghasilkan sekitar delapan persen dari total emisi CO2 global. Hal ini terjadi karena proses pembakaran batu kapur di kiln pada suhu tinggi 1.400 derajat Celsius, yang selain memerlukan energi sangat besar, juga melepas CO2 dari bahan bakunya. Tim peneliti PSI mencoba mengatasi hal ini dengan pendekatan berbeda, yakni dengan mengubah resep semen itu sendiri. Mereka memanfaatkan pembelajaran mesin untuk memodelkan berbagai kombinasi material alternatif agar emisi CO2 berkurang tetapi sifat mekanis tetap optimal. Cara ini ibarat memiliki “buku resep digital” yang mampu memberikan rekomendasi formula semen ramah iklim dalam waktu sangat singkat.

AI Percepat Penemuan Resep Semen Ramah Lingkungan Read More »

Deteksi Parkinson Lewat Bau Kotoran Telinga

Bayangkan jika penyakit Parkinson bisa dideteksi hanya dengan mengambil sampel kotoran telinga—bukan lagi lewat pemeriksaan mahal atau tes yang subjektif. Para ilmuwan di China telah mengembangkan metode skrining awal yang revolusioner, yang mampu mengenali Parkinson dari aroma kotoran telinga dengan akurasi mencapai 94 persen. Penelitian ini menggunakan sistem penciuman berbasis kecerdasan buatan (AI) yang menganalisis senyawa organik volatil (VOC) dalam kotoran telinga. Jika diterapkan secara luas, pendekatan ini bisa menjadi alternatif yang murah, mudah, dan tidak menyakitkan untuk mendeteksi Parkinson sejak dini.

Penyakit Parkinson adalah gangguan neurologis progresif yang umumnya hanya bisa diperlambat lewat pengobatan. Karena itu, deteksi dini sangat penting untuk meningkatkan kualitas perawatan pasien. Sayangnya, metode diagnosis saat ini masih bergantung pada penilaian klinis yang subjektif atau pencitraan saraf yang mahal. Para peneliti dari jurnal Analytical Chemistry milik American Chemical Society melaporkan upaya awal mereka dalam menciptakan sistem skrining murah dan efektif melalui bau kotoran telinga.

Deteksi Parkinson Lewat Bau Kotoran Telinga Read More »

Rahasia Panjang Umur dari Secangkir Kopi Hitam

Kebiasaan menikmati secangkir kopi di pagi hari ternyata bukan cuma membantu kita lebih melek, tapi juga bisa berdampak baik bagi kesehatan jangka panjang. Penelitian terbaru dari Tufts University mengungkap bahwa minum satu hingga tiga cangkir kopi berkafein setiap hari berkaitan dengan risiko kematian yang lebih rendah, khususnya akibat penyakit jantung. Namun, manfaat ini akan menurun jika kopi tersebut diberi tambahan gula dan lemak jenuh seperti krim dalam jumlah berlebihan.

Penelitian observasional ini dilakukan oleh para ahli dari Gerald J. dan Dorothy R. Friedman School of Nutrition Science and Policy, dan telah dipublikasikan secara daring di The Journal of Nutrition pada 17 Juni 2025. Mereka menganalisis data dari lebih dari 46.000 orang dewasa berusia 20 tahun ke atas yang mengikuti survei diet harian dalam kurun waktu 1999–2018. Para peserta mengisi laporan konsumsi makanan selama 24 jam, lalu datanya dihubungkan dengan catatan kematian nasional.

Hasilnya, orang yang mengonsumsi 1–2 cangkir kopi hitam atau kopi dengan sedikit tambahan gula dan lemak jenuh memiliki risiko kematian 14% lebih rendah dibanding mereka yang tidak minum kopi sama sekali. Bila ditingkatkan menjadi 2–3 cangkir, risikonya menurun hingga 17%. Namun, jika gula dan krim ditambahkan terlalu banyak, manfaat ini hampir hilang.

Rahasia Panjang Umur dari Secangkir Kopi Hitam Read More »

Mengapa Gunung Api Tiba-Tiba Meletus Tanpa Tanda?

Beberapa gunung api bisa meletus secara tiba-tiba tanpa memberikan tanda-tanda yang jelas sebelumnya. Fenomena ini tentu sangat berbahaya, apalagi jika gunung tersebut berada dekat dengan pemukiman atau jalur penerbangan. Salah satu contohnya adalah Gunung Veniaminof di Alaska. Meskipun sudah dipantau ketat, gunung ini tetap bisa meletus tanpa diduga. Baru-baru ini, para ilmuwan dari University of Illinois mengembangkan sebuah model ilmiah untuk memahami bagaimana letusan yang diam-diam ini bisa terjadi, dan hasilnya membuka banyak wawasan baru.

Biasanya, tanda-tanda gunung akan meletus bisa dikenali dari gempa bumi kecil atau perubahan permukaan tanah akibat magma dan gas yang naik ke atas. Tapi pada kasus seperti Veniaminof, tanda-tanda ini sangat minim atau bahkan tidak ada sama sekali. Peneliti utama, Dr. Yuyu Li, menjelaskan bahwa faktor-faktor seperti aliran magma yang lambat, ruang magma yang kecil, serta batuan di sekitar ruang magma yang hangat, bisa membuat letusan tampak “sembunyi”. Mereka menyebut fenomena ini sebagai stealth eruption atau letusan diam-diam.

Mengapa Gunung Api Tiba-Tiba Meletus Tanpa Tanda? Read More »

Gula Laut Teripang Berpotensi Menghentikan Penyebaran Kanker

Teripang selama ini dikenal sebagai “petugas kebersihan” laut karena perannya dalam membersihkan dasar laut dan mengembalikan nutrisi ke dalam ekosistem laut. Namun, siapa sangka bahwa hewan laut yang tampak sederhana ini ternyata menyimpan potensi besar dalam dunia pengobatan kanker? Sebuah penelitian terbaru yang dipimpin oleh Universitas Mississippi menemukan bahwa teripang mengandung senyawa gula unik yang mampu menghambat enzim Sulf-2 — enzim yang diketahui membantu penyebaran sel kanker dalam tubuh manusia.

Enzim Sulf-2 ini bekerja dengan memodifikasi struktur glikan, yakni rambut-rambut halus yang menyelimuti permukaan sel dan berperan penting dalam komunikasi antar sel serta sistem imun. Pada sel kanker, enzim ini membuat perubahan pada glikan sehingga kanker bisa berkembang dan menyebar. Para peneliti menemukan bahwa senyawa gula bernama fucosylated chondroitin sulfate yang berasal dari spesies teripang Holothuria floridana bisa secara efektif menghambat enzim tersebut, yang berarti berpotensi memperlambat atau bahkan menghentikan penyebaran kanker.

Gula Laut Teripang Berpotensi Menghentikan Penyebaran Kanker Read More »

Quo Vadis Maritime Center Wakatobi?

Jika anda berkunjung ke Marina Togo Mowondu dalam beberapa bulan terakhir, anda tentu akan melihat sebuah bangunan baru yang mencuri perhatian di tepian laut. Dengan desain modern yang berpadu dengan unsur-unsur lokal, bangunan itu kini berdiri sebagai ikon baru Kabupaten Wakatobi: Maritime Center Wakatobi. Tentu, bangunan ini bukan sekadar hiasan arsitektural. Ia seyogyanya hendak mencerminkan simbol arah pembangunan kelautan Wakatobi.

Bangunan tersebut merupakan bagian dari skema proyek Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN). Dan sebagai proyek nasional, tentu desain pemanfaatan bangunan ini telah dirancang secara matang sebelum fisiknya dibangun. Ini bukan sekadar gedung kosong atau papan nama tanpa makna—melainkan pusat kegiatan maritim yang tentunya diharapkan menjadi salah satu penggerak ekonomi laut berbasis konservasi atau kepariwisataan.

Lebih dari itu, bangunan ini relevan dengan komitmen Kabupaten Wakatobi dalam mewujudkan visi RPJPD 2025–2045: “Wakatobi menjadi pusat ekonomi maritim yang Sentosa.” Dalam konteks ini, “Sentosa” mencakup kesejahteraan, kelestarian, keamanan, dan harmoni antara masyarakat dengan lautnya. Visi tersebut tidak sekadar menjadi slogan, tetapi menjadi arah pembangunan yang sedang diikhtiarkan secara bertahap dan sistematis, berlandaskan pada potensi nyata yang dimiliki Wakatobi sebagai daerah kepulauan dengan keunggulan ekologisnya.

Quo Vadis Maritime Center Wakatobi? Read More »

Molekul Super – Itaconate

Para ilmuwan menemukan bahwa sebuah molekul yang dikenal dalam sistem kekebalan hewan, yaitu itaconate, ternyata juga memiliki peran penting dalam pertumbuhan tanaman. Penemuan ini membuka kemungkinan baru dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman pangan secara alami dan berkelanjutan. Dalam studi terbaru yang dilakukan oleh para peneliti dari University of California San Diego, mereka membuktikan bahwa itaconate tidak hanya ada di dalam sel tumbuhan, tetapi juga mampu merangsang pertumbuhan tanaman, seperti menjadikan bibit jagung tumbuh lebih tinggi. Ini merupakan temuan mengejutkan karena selama ini itaconate lebih dikenal sebagai senyawa pelindung dalam tubuh hewan terhadap virus dan peradangan.

Dengan menggunakan teknik pencitraan kimia dan spektrometri massa, para ilmuwan mendeteksi keberadaan itaconate di dalam sel tumbuhan, khususnya pada bagian-bagian yang sedang tumbuh. Mereka menyiram tanaman jagung dengan larutan yang mengandung itaconate dan mengamati bahwa bibit-bibit tersebut tumbuh lebih tinggi dibandingkan tanaman yang tidak diberi perlakuan. Hal ini mendorong penelitian lebih lanjut untuk memahami bagaimana molekul ini bekerja bersama protein tumbuhan dan apa saja dampak positifnya.

Molekul Super – Itaconate Read More »

Cahaya yang Membekukan Kuantum

Penelitian gabungan dari Universitas Harvard dan Paul Scherrer Institute (PSI) di Swiss telah menghasilkan terobosan besar dalam dunia fisika kuantum. Dipublikasikan pada 5 Juni 2025 oleh Paul Scherrer Institute, studi ini menunjukkan bahwa para ilmuwan berhasil menggunakan trik laser super cepat untuk membekukan keadaan kuantum yang biasanya hanya berlangsung sangat singkat. Temuan ini dirilis secara resmi melalui jurnal ilmiah Nature Materials.

Pada dasarnya, keadaan kuantum adalah kondisi unik dalam materi yang hanya muncul di dunia partikel sangat kecil, seperti elektron. Dalam dunia ini, hal-hal aneh bisa terjadi—partikel bisa berada di dua tempat sekaligus, berpindah tanpa jejak, dan berubah hanya karena diamati. Namun, masalahnya adalah keadaan kuantum ini sangat rapuh dan biasanya hanya bertahan dalam hitungan triliunan detik. Hal ini membuatnya sulit dimanfaatkan dalam teknologi praktis. Itulah mengapa penelitian ini menjadi sangat penting: tim peneliti berhasil membuat keadaan kuantum bertahan hingga ribuan kali lebih lama dari biasanya.

Cahaya yang Membekukan Kuantum Read More »

Berapa Usia Gerontologis Kita?

Kita semua tahu tentang usia kronologis—usia yang dihitung dari tanggal lahir kita. Tapi pernahkah anda mendengar tentang usia gerontologis? Meskipun terdengar ilmiah, sebenarnya ini adalah konsep yang sangat menarik dan relevan bagi kehidupan sehari-hari, terutama saat kita membicarakan penuaan dan kesehatan. Usia gerontologis adalah cara untuk mengukur usia tubuh dan fungsi biologis kita, bukan hanya angka di KTP. Seseorang bisa saja berusia 60 tahun secara kronologis, tetapi tubuhnya bisa berfungsi seperti orang berusia 45 tahun—atau sebaliknya. Itulah yang dimaksud dengan usia gerontologis: seberapa “tua” tubuh anda secara biologis dan fungsional dibandingkan dengan usia sebenarnya.

Istilah ini dipopulerkan antara lain oleh ilmuwan dan penulis medis terkenal asal Rusia-Amerika, Vladimir Korenchevsky, pada awal abad ke-20. Ia adalah salah satu tokoh pionir dalam ilmu gerontologi modern. Korenchevsky tertarik pada gagasan bahwa usia biologis seseorang bisa berbeda dari usia kronologisnya, dan bahwa penuaan adalah proses yang bisa dipelajari, diukur, dan bahkan diperlambat. Konsep usia gerontologis kemudian terus dikembangkan oleh para ahli di bidang biologi penuaan, kesehatan masyarakat, dan ilmu kedokteran.

Berapa Usia Gerontologis Kita? Read More »

Gelombang Misterius dari Greenland yang ‘Mengguncang Dunia’

Pada akhir tahun 2023, para ilmuwan di seluruh dunia dibuat bingung oleh getaran aneh yang muncul setiap 90 detik selama sembilan hari berturut-turut—dan anehnya, pola ini kembali terjadi sebulan kemudian. Getaran ini terekam oleh sensor gempa di berbagai belahan dunia, namun tidak ada penjelasan pasti mengenai sumbernya. Kini, hampir dua tahun kemudian, para peneliti dari Universitas Oxford berhasil memecahkan misteri tersebut dengan bantuan teknologi satelit terbaru, dan hasil penemuan ini dipublikasikan pada 3 Juni 2025 dalam rilis resmi dari University of Oxford.

Penyebab getaran ternyata berasal dari dua tsunami raksasa yang terjadi di Greenland Timur. Tsunami ini dipicu oleh longsoran besar akibat mencairnya gletser di wilayah kutub. Namun, yang membuat fenomena ini unik adalah lokasi kejadiannya—di sebuah fjord, yaitu teluk sempit dan panjang yang terbentuk dari erosi gletser. Bentuk fjord yang seperti lorong tertutup menyebabkan gelombang besar tersebut tidak bisa menyebar keluar, sehingga terjebak dan memantul bolak-balik di dalamnya. Pergerakan air yang terus berosilasi ini menciptakan gelombang berdiri atau seiche, dan gerakannya cukup kuat untuk menyebabkan getaran bumi yang terekam secara global.

Meskipun kejadian ini sangat ekstrem, gelombangnya tidak terlihat secara langsung pada saat itu. Bahkan kapal militer Denmark yang mendatangi fjord tiga hari setelah kejadian tidak melihat adanya gelombang yang mencurigakan. Saat itulah teknologi baru dari satelit Surface Water Ocean Topography (SWOT), yang diluncurkan pada Desember 2022, menjadi kunci penting dalam pemecahan misteri ini. SWOT dilengkapi alat canggih bernama KaRIn (Ka-band Radar Interferometer) yang dapat mengukur permukaan air dengan akurasi tinggi hingga 2,5 meter, membentang di jalur selebar 50 kilometer. Dengan data dari KaRIn, para peneliti memetakan elevasi permukaan air di fjord Greenland dan menemukan bahwa air di sana naik turun dalam arah berlawanan—tanda klasik dari gelombang berdiri.

Peneliti utama, Thomas Monahan, menjelaskan bahwa peristiwa ini adalah contoh nyata dari ekstrem iklim yang muncul akibat perubahan lingkungan yang cepat, terutama di wilayah Arktik yang sulit dijangkau sensor darat. Dalam wawancaranya yang juga dimuat dalam rilis publikasi tersebut, ia menegaskan bahwa teknologi satelit generasi baru sangat penting untuk memahami kejadian-kejadian alam seperti ini, yang dulunya tidak terlihat atau bahkan tidak diketahui. Profesor Thomas Adcock, rekan penulis dari Departemen Teknik Oxford, menambahkan bahwa dengan bantuan kecerdasan buatan dan pemahaman mendalam tentang fisika laut, data dari satelit seperti SWOT akan membuka wawasan baru terhadap tsunami, gelombang badai, dan fenomena laut ekstrem lainnya.

Penemuan ini bukan hanya mengungkap misteri getaran aneh tahun 2023, tetapi juga menjadi peringatan bahwa perubahan iklim bisa menciptakan fenomena luar biasa yang belum pernah kita lihat sebelumnya—bahkan yang cukup kuat untuk mengguncang dunia dari teluk terpencil yang tersembunyi di balik es Greenland.[]

Gelombang Misterius dari Greenland yang ‘Mengguncang Dunia’ Read More »