Technoscience

Penemu Beta Blocker: Kisah James Black Menyelamatkan Jutaan Nyawa

James Black adalah sosok luar biasa di dunia kedokteran modern. Ia menciptakan dua kelompok obat revolusioner yang telah menyelamatkan jutaan nyawa: beta blocker untuk penyakit jantung dan histamin antagonis untuk sakit maag. Berkat penemuan ini, ia dianugerahi Penghargaan Nobel di bidang Kedokteran pada tahun 1988.

Black bukan sekadar ilmuwan biasa. Ia memperkenalkan pendekatan baru dalam menciptakan obat, yaitu dengan merancang molekul sintetis yang mampu menghalangi molekul alami penyebab penyakit di dalam tubuh. Pendekatan ini bukan hanya inovatif, tetapi juga menjadi fondasi bagi banyak penemuan obat modern setelahnya.

Obat ciptaannya, propranolol dan cimetidine, bukan hanya populer, tetapi menjadi yang paling banyak diresepkan pada masanya. Cimetidine bahkan mencetak sejarah sebagai obat resep pertama yang menghasilkan penjualan lebih dari satu miliar dolar.

Lahir pada 14 Juni 1924 di kota kecil Uddingston, Skotlandia, James Black tumbuh dalam keluarga sederhana. Ayahnya seorang mantan penambang yang kemudian menjadi insinyur pertambangan lewat pendidikan malam. Ibunya seorang penganut Baptis yang taat, namun keluarga mereka tetap hangat dan penuh musik.

Penemu Beta Blocker: Kisah James Black Menyelamatkan Jutaan Nyawa Read More »

Produksi Energi Terbarukan Tidak Serta Merta Mengurangi Produksi Energi Fosil di Amerika

Penambahan kapasitas energi terbarukan di Amerika Serikat ternyata tidak secara otomatis menurunkan produksi bahan bakar fosil. Temuan ini berasal dari sebuah studi yang dilakukan oleh Ryan Thombs, asisten profesor sosiologi pedesaan dari Penn State University.

Dalam riset yang dipublikasikan di Journal of Environmental Studies and Sciences pada 20 Mei 2025, Thombs menganalisis data produksi energi dari 33 negara bagian penghasil bahan bakar fosil di AS, mencakup periode antara tahun 1997 hingga 2020. Amerika sendiri adalah penghasil energi dan pengemisi gas rumah kaca terbesar kedua di dunia.

Hasilnya cukup mengejutkan. Thombs tidak menemukan hubungan langsung antara peningkatan energi terbarukan dan penurunan produksi bahan bakar fosil. Ini berarti bahwa meningkatnya energi dari sumber terbarukan seperti matahari, angin, dan air belum tentu menggantikan energi dari batu bara, minyak bumi, atau gas alam.

Faktor-faktor tetap seperti ketersediaan cadangan bahan bakar fosil di tiap negara bagian ternyata menjelaskan lebih dari 96% variasi dalam produksi energi fosil. Artinya, negara bagian dengan cadangan fosil besar tetap cenderung terus memproduksi bahan bakar tersebut, terlepas dari seberapa banyak mereka berinvestasi dalam energi terbarukan.

Produksi Energi Terbarukan Tidak Serta Merta Mengurangi Produksi Energi Fosil di Amerika Read More »

MRI Ajaib: Mendeteksi Penuaan dan Risiko Demensia Sebelum Gejala Muncul

Bayangkan jika kesehatan masa depan Anda bisa terlihat dari satu pemindaian otak. Kini hal itu bukan lagi sekadar imajinasi. Para ilmuwan dari Duke University, Harvard, dan University of Otago di Selandia Baru telah menciptakan alat pemindai otak berbasis MRI yang dapat mengukur seberapa cepat seseorang menua. Bahkan, alat ini mampu memprediksi risiko penyakit seperti demensia dan penyakit kronis lainnya, jauh sebelum gejala pertama muncul.

Penelitian ini dipublikasikan pada 1 Juli 2025 di jurnal Nature Aging. Dengan menggunakan data dari studi jangka panjang yang melibatkan 1.037 orang sejak mereka lahir di kota Dunedin, Selandia Baru, para peneliti berhasil menciptakan sebuah model bernama DunedinPACNI. Model ini dilatih untuk memperkirakan kecepatan penuaan seseorang hanya melalui satu kali pemindaian otak MRI yang diambil ketika mereka berusia 45 tahun.

Berbeda dari alat ukur penuaan lainnya yang hanya mengandalkan data satu waktu dari kelompok usia berbeda, pendekatan ini menggunakan data riil yang melacak satu individu secara berkelanjutan. Selama hampir dua dekade, para peneliti memantau tekanan darah, indeks massa tubuh, kadar glukosa dan kolesterol, fungsi paru dan ginjal, bahkan kesehatan gigi para peserta studi.

MRI Ajaib: Mendeteksi Penuaan dan Risiko Demensia Sebelum Gejala Muncul Read More »

Benarkah Orang Kidal Lebih Kreatif?

Selama bertahun-tahun, orang sering percaya bahwa orang kidal memiliki bakat kreatif yang lebih besar dibandingkan dengan yang dominan tangan kanan. Namun, penelitian terbaru dari Cornell University justru membantah anggapan tersebut. Tim psikolog yang dipimpin oleh Daniel Casasanto melakukan tinjauan besar terhadap hasil studi yang telah dilakukan selama lebih dari 100 tahun. Hasilnya menunjukkan bahwa tidak ada bukti konsisten yang mendukung keunggulan kreativitas pada orang kidal. Bahkan, dalam beberapa tes, orang tangan kanan justru menunjukkan keunggulan tipis dalam kemampuan berpikir kreatif.

Dalam studi yang dipublikasikan pada 1 Juli 2025 dalam jurnal Psychonomic Bulletin and Review, Casasanto dan timnya menyaring hampir 1.000 makalah ilmiah sejak tahun 1900. Mayoritas studi tersebut dieliminasi karena tidak menyajikan data secara standar atau hanya melibatkan peserta tangan kanan. Hanya tersisa 17 studi yang dianalisis lebih lanjut, mencakup hampir 50 ukuran efek.

Mereka menemukan bahwa perbedaan dominasi tangan hampir tidak berpengaruh dalam tiga jenis tes laboratorium yang biasa digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir divergen, yaitu kemampuan menghasilkan berbagai ide baru dalam waktu singkat. Dalam beberapa tes, orang tangan kanan bahkan sedikit lebih unggul. Jadi, mitos bahwa orang kidal secara alami lebih kreatif ternyata tidak didukung oleh data ilmiah secara keseluruhan.

Benarkah Orang Kidal Lebih Kreatif? Read More »

‘Enzim Sakti’ Ini Bisa Hentikan Penyakit Jantung dan Diabetes?

Ilmuwan dari University of Texas at Arlington (UTA) baru saja menemukan temuan penting yang bisa mengubah cara kita menangani penyakit jantung, diabetes, bahkan kanker. Mereka berhasil mengidentifikasi enzim yang berperan seperti sakelar dalam tubuh—ketika “dimatikan”, enzim ini membantu sistem imun kembali menjalankan tugasnya dengan benar dalam mengatur kolesterol. Temuan ini sangat menjanjikan karena bisa menjadi dasar pengembangan terapi baru untuk jutaan orang yang mengalami penyakit akibat peradangan kronis.

Enzim yang dimaksud bernama IDO1. Dalam kondisi tubuh yang mengalami peradangan, enzim ini menjadi aktif dan menghasilkan zat bernama kynurenine. Zat ini mengganggu kemampuan sel imun, khususnya makrofag, dalam menyerap kolesterol. Padahal, makrofag adalah bagian penting dari sistem kekebalan tubuh yang berperan menyerap kolesterol agar tidak menumpuk dalam pembuluh darah.

Peradangan memang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan alami tubuh saat melawan infeksi atau menyembuhkan luka. Namun, jika peradangan berlangsung terus-menerus—seperti akibat stres kronis, infeksi berkepanjangan, atau cedera—justru bisa merusak jaringan tubuh. Salah satu efeknya adalah terganggunya proses penyerapan kolesterol, yang kemudian memicu penyakit-penyakit berbahaya.

‘Enzim Sakti’ Ini Bisa Hentikan Penyakit Jantung dan Diabetes? Read More »

Kamera Super Canggih Ini Siap Mengungkap Misteri Terdalam Alam Semesta

Sebuah tonggak sejarah dalam dunia astronomi telah terjadi. Kamera LSST dengan resolusi 3.200 megapiksel yang dipasang di Observatorium Vera C. Rubin di Chile telah berhasil mengambil gambar pertamanya. Gambar-gambar luar biasa ini mampu menangkap area langit seluas 45 kali ukuran bulan purnama hanya dalam satu jepretan. Perangkat canggih ini siap memulai survei langit selama sepuluh tahun ke depan yang akan mengungkap berbagai misteri kosmos, mulai dari asteroid hingga energi gelap.

Kamera raksasa ini tidak dibangun dalam semalam. Proses pembuatannya memakan waktu hampir dua dekade dan melibatkan ratusan ilmuwan dari seluruh dunia, termasuk para peneliti dari Prancis melalui lembaga CNRS. Kamera ini disebut LSST, singkatan dari Legacy Survey of Space and Time, dan diluncurkan secara resmi pada 23 Juni 2025 dalam acara perdana di Akademi Ilmu Pengetahuan Nasional Amerika Serikat di Washington, D.C.

Dengan ukurannya yang setara dengan sebuah mobil kecil, kamera LSST bukan hanya besar secara fisik, tetapi juga dalam kemampuannya. Ia dapat menangkap gambar dalam resolusi sangat tinggi dan dalam bidang pandang yang sangat luas. Dalam tiga malam pengamatan saja, kamera ini mampu memotret seluruh langit belahan selatan Bumi dengan menggunakan enam filter warna yang berbeda.

Kamera Super Canggih Ini Siap Mengungkap Misteri Terdalam Alam Semesta Read More »

Criticality: Cara Otak Menjaga ‘Ketajamannya’

Otak manusia ternyata bekerja paling baik saat berada di titik rapuh antara keteraturan dan kekacauan. Sebuah teori baru yang dikemukakan oleh Keith Hengen, profesor biologi di Washington University di St. Louis, mengungkap bahwa keadaan ini disebut criticality atau kondisi kritis. Keadaan ini adalah titik manis di mana otak siap belajar, mengingat, dan beradaptasi. Saat otak menjauh dari kondisi ini, risiko munculnya penyakit seperti Alzheimer meningkat. Memahami dan mengembalikan criticality bisa menjadi cara baru mendeteksi dan mengobati penyakit tersebut.

Menurut Hengen, otak yang sehat bukanlah otak yang sudah diprogram sejak lahir. Sebaliknya, otak kita ibarat mesin pembelajar yang siap menerima pengalaman baru setiap hari. Agar mampu belajar, otak harus berada dalam keadaan criticality, sebuah kondisi di mana sistem yang rumit seperti otak berada di batas antara keteraturan dan kekacauan. Di titik inilah, otak kita paling siap menyerap informasi, berpikir, dan mengingat.

Konsep criticality ini diambil dari ilmu fisika. Fisikawan menggambarkannya dengan contoh tumpukan pasir. Saat pasir terus ditambahkan, tumpukan itu semakin curam hingga akhirnya longsor. Tepat sebelum longsor terjadi, tumpukan pasir berada di sudut kritis yang satu langkah lagi menuju ketidakstabilan. Dalam otak, kondisi kritis ini bisa terjadi pada beberapa neuron maupun seluruh area otak. Pola kerja otak dalam hitungan milidetik atau berjam-jam tetap menunjukkan kesamaan, sejalan dengan pengalaman kita yang tidak terbatas waktu.

Criticality: Cara Otak Menjaga ‘Ketajamannya’ Read More »

Deteksi Dini Serangan Jantung Lewat CT Scan

Bayangkan jika hasil pemindaian dada Anda yang dulu pernah dilakukan untuk alasan lain, ternyata menyimpan peringatan tersembunyi tentang kesehatan jantung Anda. Kini, hal itu menjadi mungkin berkat teknologi kecerdasan buatan (AI) terbaru. Para peneliti dari Mass General Brigham bekerja sama dengan Departemen Urusan Veteran Amerika Serikat (VA) telah mengembangkan algoritma deep learning bernama AI-CAC. Teknologi ini mampu menelusuri hasil CT scan dada lama Anda dan mendeteksi kadar kalsium pada arteri koroner—suatu penanda penting yang dapat memprediksi risiko serangan jantung dan kematian dalam 10 tahun ke depan. Penelitian ini dipublikasikan pada 23 Juni 2025 di jurnal NEJM AI oleh Mass General Brigham.

Setiap tahunnya, jutaan CT scan dada dilakukan, terutama pada orang sehat untuk skrining kanker paru-paru. Namun, para peneliti menyebutkan bahwa hasil scan ini sering kali menyimpan informasi penting tentang risiko penyakit jantung yang terabaikan begitu saja. Menurut Hugo Aerts, PhD, selaku peneliti senior dan direktur Program Kecerdasan Buatan dalam Kedokteran di Mass General Brigham, AI dapat mengubah cara dokter memberikan layanan kesehatan. Teknologi ini memungkinkan dokter mendeteksi tanda-tanda awal penyakit jantung, sehingga penanganan bisa dilakukan sebelum kondisi berkembang menjadi serangan jantung.

Deteksi Dini Serangan Jantung Lewat CT Scan Read More »

Bahan Katalis Baru yang Murah dan Efisien, Produksi Hidrogen Kini Bisa Lebih Hemat

Para ilmuwan dari Korea Selatan berhasil menciptakan bahan baru yang dapat memangkas biaya produksi hidrogen hingga setengahnya. Hidrogen dikenal sebagai salah satu sumber energi bersih yang sangat penting dalam upaya mengatasi perubahan iklim karena tidak menghasilkan emisi karbon saat digunakan. Dengan bobot yang lebih ringan namun mampu menyimpan energi lebih besar dibandingkan bensin, hidrogen diyakini menjadi solusi masa depan dalam bidang energi. Salah satu cara untuk menghasilkan hidrogen adalah melalui pemecahan air menggunakan listrik, yang disebut elektrolisis air. Metode ini akan sangat ramah lingkungan jika dipadukan dengan energi terbarukan.

Sayangnya, selama ini produksi hidrogen secara besar-besaran terhambat karena tingginya biaya katalis, yakni bahan yang mempercepat reaksi tanpa ikut habis dalam prosesnya. Katalis yang biasa digunakan berbahan logam tanah jarang yang sangat mahal. Oleh karena itu, para peneliti terus mencari alternatif bahan katalis yang lebih terjangkau. Salah satu kandidat yang menarik perhatian adalah senyawa berbasis logam transisi, seperti fosfida logam transisi (TMP), yang bagus untuk menghasilkan hidrogen namun lemah untuk memproduksi oksigen.

Bahan Katalis Baru yang Murah dan Efisien, Produksi Hidrogen Kini Bisa Lebih Hemat Read More »

Bahan Bangunan Hidup yang Mampu Menyerap CO₂ dari Udara

Para ilmuwan dari ETH Zurich berhasil mengembangkan bahan bangunan revolusioner yang tidak hanya hidup tetapi juga mampu menyerap karbon dioksida (CO₂) dari udara. Bahan ini berupa gel cetak yang mengandung bakteri kuno bernama sianobakteri. Dengan bantuan sinar matahari, bakteri ini melakukan fotosintesis untuk menghasilkan biomassa sekaligus memicu pembentukan mineral yang mengurung karbon dalam bentuk stabil. Bahan ini dirancang dengan hidrogel yang mendukung kehidupan mikroba di dalamnya dan mampu bertahan lebih dari setahun. Menariknya lagi, bahan inovatif ini sudah digunakan dalam instalasi arsitektur di Venesia dan Milan, yang menggabungkan desain, keberlanjutan, dan ilmu pengetahuan hidup dalam satu wujud nyata.

Tim peneliti yang dipimpin oleh Profesor Mark Tibbitt dari ETH Zurich memadukan berbagai disiplin ilmu untuk menciptakan bahan bangunan hidup ini. Mereka berhasil memasukkan sianobakteri ke dalam gel yang bisa dicetak menggunakan printer 3D. Hasilnya adalah bahan yang hidup, tumbuh, dan aktif menyerap CO₂ dari udara. Bahan ini hanya membutuhkan sinar matahari, air laut buatan, dan nutrisi sederhana agar bisa terus berkembang. Bahkan, bahan ini mampu menyerap CO₂ dalam jumlah dua kali lipat dibandingkan dengan yang dihasilkan dari pertumbuhan organiknya, karena karbon juga dikurung dalam bentuk mineral.

Bahan Bangunan Hidup yang Mampu Menyerap CO₂ dari Udara Read More »