Serba-Serbi

Palestina, Negeri Berkah Yang Tersakiti

Sumber: Telegram Sahabat Al-Aqsha

Sejak penghujung Ramadhan kemarin, jumlah penduduk Jalur Gaza, Palestina, yang tewas akibat serangan 1srael mencapai 232 orang, 65 orang di antaranya adalah anak-anak, dan 1900 orang terluka, .

Memang sebagian besar kaum muslimin merasa tidak peduli atau bahkan tidak mau tahu tentang konflik yang tengah terjadi di bumi Palestina. Dan mungkin sebagian kecil dari kaum muslimin akan bertanya: sebetulnya atas dasar apa kita kaum muslimin harus bersimpati kepada Negeri Palestina?

Dalam al-Qur’anul Karim, salah satu wilayah Palestina, diabadikan dengan sebutan Masjidil Aqsho dan atau dengan sebutan Ardhul Muqoddas atau tanah suci, kenyataannya telah berkali-kali mengalami konflik dengan Israel.

Kemarahan kita sebagai manusia terhadap apa yang dilakukan oleh 1srael adalah serangan mereka yang menyebabkan terbunuhnya anak-anak, perempuan, dan orang-orang tua di Palestina. Tidak sedikit anak-anak kehilangan ibu dan bapaknya, tak sedikit orang tua kehilangan putra dan putri tercinta, sampai-sampai warga Palestina dengan lantang mengatakan bahwa, di negeri kami Palestina, kami melaksanakan shalat wajib 6 kali dalam sehari, bukan 5 kali dalam sehari.

Kenapa demikian? Karena kami tidak hanya melaksanakan shalat Isya, Subuh, Dzuhur, Ashar, dan Maghrib saja, tapi kami juga melaksanakan sholat jenazah setiap hari-nya. Kenapa? Karena setiap hari kami menyaksikan ada jenazah-jenazah yang terbunuh.

Maka tak mengherankan, jika karena alasan kemanusiaan, aksi demonstrasi mengecam 1srael merebak di sejumlah kota-kota besar di dunia: London-Inggris, Berlin-Jerman, Madrid-Spanyol, Paris-Perancis, Jenewa-Swiss, bahkan di negeri Pusat Pendukung Y4hudi, yakni New York-Amerika Serikat.

Sementara itu, kemarahan kita sebagai orang muslim terhadap apa yang dilakukan oleh 1srael kepada negeri Palestina adalah, oleh karena negeri Palestina adalah negeri seluruh kaum muslimin di dunia, dengan status tanah Kharajiah hingga hari kiamat kelak. Yakni negeri yang dibebaskan oleh Khalifah Kaum Muslimin, Khalifah Umar bin Khaththab.

Sesungguhnya orang-orang 1srael yang mendiami negeri Palestina hari ini adalah warga yang dipaksakan kehadirannya oleh Inggris, Amerika Serikat dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) setelah runtuhnya Kekhilafahan Islam Utsmaniyyah di Turki pada tahun 1924.

Pertanyaannya: Kenapa Inggris dan Amerika Serikat mendukung gerakan 1srael? Oleh karena Amerika Serikat dan Inggris telah berhutang budi pada Y4hudi yang telah membiayai kebutuhan perang mereka. Dan Inggris, Amerika Serikat dan PBB memberikan Y4hudi suatu negara (1srael) di wilayah Palestina sejak tahun 1948 (73 tahun yang lalu).

Maka wajarlah sudah, jika kaum muslimin Palestina menentang 1srael, oleh karena 1srael melakukan penggusuran pemukiman warga Palestina dan mengusir warga Palestina dari rumah-rumah mereka, lalu kemudian memperluas wilayahnya dan membangun berbagai bangunan, termasuk mereka melakukan penguasaan pada kompleks Masjidil Aqsho dan melarang kaum muslimin untuk melaksanakan ibadah sholat di Masjidil Aqsho.

Padahal Masjidil Aqsho itu merupakan kiblat pertama kaum muslimin dan merupakan tanah suci ketiga Umat Islam setelah Mekkah, dan Madinah. Rasul SAW bersabda:
“Bepergian (berwisata) itu tidak dianjurkan, kecuali hanya ke ketiga masjid, yaitu: Masjidil Haram (di Mekkah), Masjid Al Aqsha (di Palestina) dan Masjidku (Masjid Nabawi di Madinah) ini” (HR. Bukhari).

Rasul SAW juga bersabda dalam HR. Thabrani dari Abu Darda:
“Shalat di Masjidil Haram sama dengan seratus ribu sholat di masjid lain, shalat di masjid-ku (Masjid Nabawi) sama dengan seribu sholat di tempat lain dan shalat di Baitul Maqdis sama dengan limaratus sholat di tempat lain.”

Oleh karena itu, jika 1srael telah melarang kaum muslimin untuk beribadah di Masjidil Aqsho, yang merupakan tempat suci kaum muslimin, maka sesungguhnya mereka tidak sekedar berhadapan dengan muslim Palestina, tetapi sesungguhnya mereka telah berhadapan dengan seluruh kaum muslimin di dunia.

Dengan demikian, masalah Palestina hari ini, Baitul Maqdis/Masjidil Aqsho sesungguhnya adalah termasuk masalah keimanan, ibadah dan keislaman kaum muslimin. Kenapa demikian? Oleh karena perintah Ibadah sholat yang merupakan ibadah wajib siang-malam kaum muslimin, diterima oleh Nabi Muhammad SAW tegak lurus di langit Baitul Maqdis, ketika peristiwa Mi’raj Nabi Muhammad SAW di Sidratul Muntaha, di langit ketujuh, di mana Allah SWT ber-istiwa’. Allah SWT berfirman dalam QS Al Isra’ :1;
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al-Masjidil Haram ke Al-Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”

Sementara itu, dari sisi keimanan, sesungguhnya Baitul Maqdis sangat terkait dengan al-Qur’an. Lebih dari setengah atau sekitar 2/3 isi al-Qur’anul Karim, berhubungan dengan Baitul Maqdis. Buktinya adalah dari 25 Nabi dan Rasul Allah yang disebutkan dalam al-Qur’anul Karim, sebanyak 19 Nabi dan Rasul Allah terkait dengan bumi Baitul Maqdis. Oleh karena itu, tidak ada alasan bagi kaum muslimin untuk mengabaikan Negeri Palestina yang merupakan negeri yang berhubungan dengan keimanan dan ibadah mereka.

Pertanyaannya: lalu apa yang bisa kita perbuat sebagai kaum muslimin untuk negeri suci kita, negeri Baitul Maqdis-Palestina? Tentu, bagi kita yang tak mampu melakukan apapun, maka do’a adalah kiriman yang pantas untuk mereka. Sedangkan bagi yang mampu, tentu makanan, pakaian, dan obat-obatan adalah kiriman yang pantas untuk mereka. Namun, kiriman yang paling pantas, untuk mereka dari negeri-negeri kaum muslimin adalah bala tentara yang dengannya, akan bisa menghentikan kedzaliman 1srael. Hanya saja, negeri-negeri seluruh dunia, termasuk negeri-negeri Islam adalah negeri-negeri yang takluk di bawah PBB yang dikuasai Amerika yang mendukung 1srael.

Namun, kita sangat yakin, akan ada waktu di kemudian hari, di mana akan lahir generasi-generasi terbaik umat Islam, yang hanya takut kepada Allah SWT dan tidak takut kepada PBB, Amerika Serikat dan sekutunya, yang akan membebaskan seluruh negeri-negeri kaum muslimin, termasuk Baitul Maqdis dari ketakutan kepada PBB, Amerika dan sekutunya menjadi ketakutan hanya kepada Allah SWT semata.

Palestina, Negeri Berkah Yang Tersakiti Read More »

Proyek Pasca Ramadhan

Alhamdulillah, seluruh Umat Islam di seluruh dunia telah merampungkan puasa Ramadhan dan merayakannya dengan Hari raya Idul Fitri sebagai wujud kemenangan.

Makna Idul Fitri adalah kembali berbuka puasa setelah sebulan penuh melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Kata fitri memiliki kaitan dengan kata fithrah.

Sementara itu makna lain dari Idul Fitri adalah kembali pada fitrah, yakni setiap orang yang berpuasa selama bulan Ramadhan dengan iman dan ikhlas karena Allah, akan diampuni segenap dosanya yang telah lampau.

Rasul SAW bersabda dalam hadits Bukhari:

“Barangsiapa puasa di bulan Ramadhan dengan iman dan ikhlas karena Allah, diampuni dosa-dosanya yang telah lampau.”

Hadits di atas bermakna bahwa, setiap kaum Muslim yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan keikhlasan karena Allah Ta’ala, maka pada hari raya Idul Fitri, ia terbebas dari segala dosa, bersih, suci sebagaimana bayi yang baru lahir dari rahim ibunya.

Sebagaimana sabda Nabi dalam Hadits Riwayat Bukhari: “Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan suci (Islam). Kedua orang tuanyalah yang akan menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi”.

Dengan demikian, jika pelaksanaan puasa Ramadhan ini berjalan normal, maka semua keluarga, kemudian masyarakat, dan negeri-negeri kaum muslimin akan mendapatkan manfaat yang luar biasa. Kenapa demikian?

Oleh karena bulan Ramadhan ini telah berhasil mencetak Sumber Daya Manusia yang unggul, yakni manusia-manusia yang kembali dalam keadaan fitrah, bagaikan bayi yang suci dan bersih dari segala dosa, kesalahan, kejelekan, dan keburukan.

Dampak Ramadhan dan Bonus Demografi

Bayangkan di Indonesia kita yang tercinta ini Pada tahun 2020, dari total penduduk sebanyak 270,20 juta jiwa, tercatat ada 87,2% atau 229 juta jiwa merupakan penduduk muslim.

Jika 229 juta jiwa ini mendapatkan keadaan fitrah selepas bulan Ramadhan, maka negeri kita ini, akan berhasil memproduksi manusia-manusia yang jauh dari tindakan kejahatan dan kemaksiatan.  

Evaluasi kependudukan seperti ini sangat penting, mengingat sejak tahun 2020 dan diperkirakan s.d. tahun 2035, Indonesia telah dan akan mengalami apa yang disebut sebagai bonus demografi.

Bonus demografi artinya adalah jumlah penduduk dengan generasi usia kerja jauh lebih banyak jumlahnya (usia 15-64 tahun), dibandingkan dengan usia tidak produktif (yakni usia di bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun).

Lalu berapakah angka Bonus Demografi Indonesia sejak tahun 2020? Ternyata Indonesia menghasilkan angka 70,7% atau 191,9 juta jiwa usia angkatan kerja. Bahkan dari angka tersebut, tercatat: ada 25,87% usia milenial, yakni mereka yang berusia 24-39 tahun.   

Bonus Demografi atau bonus jumlah tenaga kerja yang dihasilkan Indonesia bisa saja terancam menjadi bencana jika tidak dimanfaatkan dengan baik, sebagaimana yang dialami oleh negara Brasil dan Afrika Selatan.

Sebaliknya, bisa menjadi keuntungan tertentu bagi negara seperti yang di alami China, Korea Selatan, dan Jepang.

China dan Korea Selatan telah memanfaatkan jumlah angkatan kerja mereka untuk mendukung industri rumah tangga yang memproduksi berbagai komponen peralatan elektronika, dan komponen industri lainnya, sehingga produksi barang-barang elektronika dan industri dari kedua negara tersebut mengalahkan Amerika dan Eropa.

Demikian juga Jepang, di tengah penurunan angkatan kerja di negara mereka, tetapi ekonominya mengalami pertumbuhan yang mengagumkan mengalahkan Amerika dan Eropa.

Lalu, bagaimana dengan Indonesia? Jika jumlah penduduk dengan usia produktif yang demikian banyak tersebut, sekitar 70,7% atau 191,9 juta jiwa, tidak bisa dimanfaatkan dengan baik, melalui berbagai sektor lapangan kerja, mereka menjadi banyak pengangguran, maka berkah Ramadhan yang telah menghasilkan manusia-manusia fitrah, yang bersih dari segala dosa, kesalahan, kejelekan, dan keburukan, bisa berubah menjadi sumber-sumber bencana, kejahatan, dan kemaksiatan.

Dengan demikian, kita memerlukan suatu tatanan keluarga, tatanan masyarakat, dan tatanan negara yang bisa mempertahankan perbaikan-perbaikan kualitas manusia yang telah deprogram-kan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya, Muhammad SAW.

Ramadhan dan Negeri Baldatun Thoyyibatun Wa Rabun Ghafur

Jika Allah SWT dan Rasul-Nya, Muhammad SAW telah merencanakan masa-masa perbaikan kualitas sumber daya manusia melalui Ramadhan selama sebulan lamanya setiap tahunnya, maka setiap keluarga, setiap masyarakat, dan negara seharusnya menyiapkan program, proyek, atau rencana lanjutan untuk mempertahankan kualitas sumber daya manusia tersebut, bahkan mengembangkannya sehingga terwujud negeri Baldatun Thoyyibatun Wa Rabun Ghafur.

Negeri Baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur adalah keadaan negeri yang menjadi dambaan dan impian seluruh manusia. Negeri yang selaras antara kebaikan alam dan kebaikan perilaku penduduknya. Negeri yang penduduknya subur dan makmur, namun tidak lupa untuk bersyukur. Negeri yang seimbang antara kebaikan jasmani dan rohani penduduknya.

Negeri Baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur merupakan negeri yang telah dicirikan sebagai negeri dengan kriteria al-Qur’an. Allah SWT berfirman dalam QS. Saba: 15,

Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik (nyaman) sedang (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun.”      

Proyek Pasca Ramadhan Read More »

Berapa Harga ‘Dirimu’?

Sumber gambar: medium.com

Dalam klasifikasi makhluk hidup, manusia selain berkedudukan sebagai makhluk omnivora, juga secara khusus memiliki strata sebagai makhluk Homo Sapiens, Homo Humanus dan Homo Deus.

Derajat yang demikian ini sejalan dengan status manusia sebagai pemimpin bumi (khalifah fil ardh). Manusia memiliki kekuasaan untuk mengatur bumi ini sepanjang waktu, walaupun di bumi ini begitu banyaknya makhluk hidup, yakni berkisar antara 5,3 juta dan 1 triliun jumlah spesies makhluk yang diperkirakan mendiami bumi saat ini menurut National Geographic.

Hanya saja, kedudukan manusia tersebut, sesungguhnya tidak akan bermakna sama sekali, jika kehendak manusia mengelola bumi ini tidak sejalan dengan kehendak penciptanya, baik yang berdasarkan hukum-hukum kauniyah maupun qauliyah.

Kenapa demikian? Oleh karena hampir semua yang keluar dari manusia adalah kehinaan. Semua yang keluar dari badan manusia, hakekatnya berbau busuk dan tak layak untuk dibanggakan. Lihatlah apa yang keluar dari mulut manusia, apa yang keluar dari semua saluran pembuangan pada manusia, hakekatnya berbau busuk. Nafas kita busuk, buang air, buang angin semuanya busuk, dlsb.

Tersisa dua kesempatan pada manusia untuk mengeluarkan kebaikan, yakni pertama pada apa yang keluar dari lisannya, berupa perkataannya yang baik dan yang kedua, pada apa yang keluar dari perbuatannya, berupa amal-amal yang baik (sholeh).

M. Kamil Abdush-Shamad (2011) dalam sebuah tulisannya, ia merinci bahwa di dalam tubuh normal manusia, terdapat lemak yang cukup untuk membuat 7 buah sabun, terdapat zat karbon yang dapat dijadikan sebanyak 7.000 pensil, terdapat fosfor yang dapat dijadikan kepala batang korek (obat korek) sebanyak 220 buah. Begitu juga tubuh manusia mengandung magnesium yang dapat dijadikan garam pencegah diare, mengandung zat besi yang dapat digunakan untuk membuat paku ukuran sedang, mengandung zat kapur yang dapat digunakan untuk mengecat satu kamar kecil, mengadung asam garam sulfat yang dapat digunakan untuk membersihkan kutu dari tubuh seekor anjing, mengandung air yang dapat digunakan untuk memenuhi satu drum yang luasnya 10 galon air.

Namun jika semua zat penyusun tubuh manusia ini, dibeli di pasar, maka harganya hanya 1,5 Egypt Pounds atau setara dengan Rp 2.153,-. Sungguh, inilah fakta betapa kecilnya harga manusia di hadapan sesamanya, apalagi di hadapan Tuhannya.

Untuk itu, mari merawat lisan dan amalan kita agar layak mendapatkan kemuliaan, baik di hadapan manusia maupun di hadapan Allah SWT.

Berapa Harga ‘Dirimu’? Read More »

Bagaimana Memulai Perubahan?

Tak bisa dipungkiri bahwa setiap saat manusia ingin berubah. Hanya saja manusia diperhadapkan dengan perbedaan orientasi, metodologis, dan teknik melakukan perubahan.

Bahkan luar biasanya, peralatan perubahan yang paling mendasar dari manusia ada pada dirinya sendiri.

Tak jarang banyak manusia terkesima dengan hasil yang dicapai oleh orang lain. Tanpa mempertanyakan atas dasar apa perubahan itu bisa terjadi. Padahal semua manusia memiliki perangkat alamiah untuk menghasilkan perubahan.


Peralatan dasar tersebut terbentuk secara alamiah bersama kelahirannya. Apa itu peralatan mendasarnya?

Peralatan yang dimaksud adalah dasar dari manusia untuk menghasilkan kesadaran. Dengan peralatan dasar tersebut, manusia menyadari apa pentingnya ia harus berubah.

Dan peralatan dasar yang dimaksud adalah akalnya. Dari kinerja akalnya, manusia akan menetapkan positioning berupa mindset perubahan itu sendiri, baik terkait orientasi, metodologis, maupun teknisnya.

So, mari menjaga aset dasar kita!!! Dengan kinerja akal yang baik, kita berpotensi menghasilkan perubahan terbaik dalam hidup ini.

Bagaimana Memulai Perubahan? Read More »