Scientist

Salim Ali: Si “Manusia Burung” dari India

Salim Ali adalah seorang ilmuwan luar biasa yang dikenal sebagai “manusia burung dari India”. Ia adalah orang yang sangat mencintai burung dan menjadi salah satu tokoh paling penting dalam dunia penelitian burung (ornitologi), tidak hanya di India, tapi juga di dunia.

Salim Ali lahir pada 12 November 1896. Ia adalah anak bungsu dari sembilan bersaudara. Sayangnya, ayahnya meninggal ketika Salim masih bayi, dan ibunya pun wafat saat ia baru berumur tiga tahun. Ia kemudian dibesarkan oleh bibi dan pamannya di Mumbai.

Sejak kecil, Salim sudah tertarik pada burung. Suatu hari, ketika berumur 10 tahun, ia menembak seekor burung kecil dan penasaran ingin tahu jenisnya. Karena pamannya tidak tahu, mereka pergi ke Bombay Natural History Society. Di sana, Salim bertemu dengan orang yang sangat memahami burung, dan sejak saat itu, minatnya terhadap dunia burung semakin besar.

Salim Ali pernah kuliah, tapi tidak menyelesaikan gelar universitas. Ia sempat tinggal di Burma (sekarang Myanmar) untuk membantu saudaranya, tapi lebih suka mengamati burung di sana. Ia akhirnya kembali ke India dan melanjutkan studi di bidang zoologi (ilmu hewan).

Salim Ali: Si “Manusia Burung” dari India Read More »

Angel Alcala: Pelopor Konservasi Laut dan Penjelajah Dunia Reptil Filipina

Angel Alcala adalah seorang ilmuwan terkemuka asal Filipina yang menemukan kecintaannya terhadap kehidupan laut sejak kecil. Tumbuh di desa pesisir Caliling, Cauayan, Negros Occidental, ia terbiasa hidup berdampingan dengan laut. Ayahnya adalah seorang petani ikan, dan sebagai anak sulung, Angel kecil sering membantu mengurus tambak serta menangkap kepiting, kerang, dan udang bersama saudara-saudaranya. Kedekatannya dengan laut membentuk cinta mendalam terhadap keanekaragaman hayati di sekitarnya.

Sejak masa sekolah, Angel dikenal sebagai siswa cerdas dan bersemangat. Ia bersekolah di Kabankalan Academy dengan beasiswa dan aktif dalam kegiatan seperti debat dan Pramuka. Pada tahun 1948, ia melanjutkan pendidikan di bidang biologi di Silliman University, Dumaguete. Meski sempat diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Filipina, ia terpaksa menolak karena kendala keuangan. Ia lulus dengan predikat magna cum laude pada tahun 1951.

Setelah lulus, ia mengajar di almamaternya. Titik balik kariernya terjadi ketika Walter C. Brown, profesor dari Stanford University, datang ke Silliman. Bersama Brown, Alcala mendalami herpetologi, cabang ilmu yang mempelajari reptil dan amfibi. Mereka menerbitkan sejumlah karya ilmiah dan melakukan banyak ekspedisi. Hasil kolaborasi mereka membuka jalan bagi Alcala untuk melanjutkan studi di Stanford melalui beasiswa Fulbright/Smith-Mundt, meraih gelar magister pada 1959 dan melanjutkan ke tingkat doktoral pada 1964.

Angel Alcala: Pelopor Konservasi Laut dan Penjelajah Dunia Reptil Filipina Read More »

Mihailo Petrović Alas: Ilmuwan Jenius yang Juga Seorang Nelayan

Mihailo Petrović Alas adalah salah satu tokoh besar dari Serbia yang hidup pada tahun 1868 hingga 1943. Ia dikenal sebagai ilmuwan hebat di bidang matematika, tetapi juga punya banyak keahlian lain — mulai dari menjadi nelayan, musisi, penulis, hingga penemu.

Mihailo lahir di kota Beograd (sekarang ibu kota Serbia) pada 6 Mei 1868. Ayahnya seorang guru teologi dan keluarganya sangat menghargai pendidikan. Setelah lulus dari sekolah menengah terbaik di Beograd, ia melanjutkan kuliah di bidang ilmu alam dan matematika. Karena keinginannya belajar lebih jauh, ia berangkat ke Prancis dan diterima di salah satu sekolah tinggi paling bergengsi, École Normale Supérieure. Di sana, ia belajar matematika dan fisika, lalu mendapatkan gelar doktor (PhD) dalam bidang matematika, khususnya dalam topik persamaan diferensial — salah satu bidang yang sangat penting dalam ilmu hitung dan sains.

Pada usia muda, Mihailo sudah menjadi profesor di Universitas Beograd. Ia mengajar matematika selama lebih dari 40 tahun. Ia juga ikut mendirikan sekolah matematika yang kemudian melahirkan banyak ahli matematika berbakat di Serbia. Salah satu penemuan terkenalnya adalah mesin hidraulik yang bisa menyelesaikan persamaan matematika. Mesin ini ditampilkan dalam Pameran Dunia di Paris tahun 1900 dan mendapatkan medali emas — penghargaan tertinggi. Ia juga dikenal luas di dunia internasional dan menjadi anggota berbagai akademi dan organisasi ilmiah di Eropa.

Mihailo Petrović Alas: Ilmuwan Jenius yang Juga Seorang Nelayan Read More »

Al-Khwarizmi: Ilmuwan Muslim yang Mengubah Dunia dengan Angka dan Logika

Pernahkah anda berpikir bagaimana kita bisa menghitung, menggunakan kalkulator, atau bahkan membuat program komputer? Semua itu berawal dari seorang ilmuwan luar biasa dari abad ke-9 bernama Muhammad ibn Musa al-Khwarizmi. Ia adalah seorang matematikawan, astronom, ahli geografi, dan ilmuwan Muslim asal Persia (sekarang wilayah Iran), yang hidup lebih dari 1.200 tahun yang lalu. Meski hidup di zaman yang jauh berbeda dari sekarang, ide-ide brilian al-Khwarizmi masih digunakan hingga hari ini.

Al-Khwarizmi lahir sekitar tahun 780 M dan bekerja di Bayt al-Hikmah atau Rumah Kebijaksanaan di Baghdad. Tempat ini bisa dibilang seperti “universitas super” pada masa kejayaan Islam. Di sana, para ilmuwan dari berbagai penjuru dunia Islam berkumpul untuk meneliti, berdiskusi, dan menerjemahkan ilmu dari peradaban lain seperti Yunani dan India. Di tengah suasana penuh ilmu itu, Al-Khwarizmi berkembang menjadi salah satu tokoh sains terbesar dalam sejarah manusia.

Salah satu karya terkenalnya adalah buku berjudul Hisab al-Jabr wa-al-Muqabala. Dari sinilah kata “aljabar” berasal. Buku ini membahas cara menyelesaikan berbagai persoalan matematika—mulai dari pembagian warisan, pengukuran tanah, hingga perhitungan dagang. Uniknya, al-Khwarizmi tidak hanya menggunakan angka, tapi juga simbol dan langkah-langkah sistematis. Inilah yang kemudian dikenal sebagai algoritma, dan namanya pun diabadikan dalam kata tersebut. Sekarang, algoritma adalah dasar dari semua sistem komputer modern—dari kalkulator sederhana hingga kecerdasan buatan.

Al-Khwarizmi: Ilmuwan Muslim yang Mengubah Dunia dengan Angka dan Logika Read More »

Jim Al-Khalili: Ilmuwan Fisika yang Menyatukan Ilmu dan Cerita

Jim Al-Khalili adalah seorang fisikawan terkenal asal Inggris yang berdarah Irak. Ia dikenal luas bukan hanya sebagai ilmuwan, tetapi juga sebagai penulis dan penyiar yang piawai dalam menjelaskan ilmu pengetahuan secara menarik dan mudah dimengerti. Ia lahir di Baghdad, Irak, pada 20 September 1962. Ayahnya merupakan seorang insinyur Angkatan Udara Irak, sementara ibunya adalah seorang pustakawan. Perpaduan antara kecintaan pada teknik dan pengetahuan sejak kecil membentuk dasar minatnya pada dunia sains. Saat masih kecil, keluarganya pindah ke Inggris. Di sana, Al-Khalili mulai menunjukkan ketertarikan besar terhadap fisika—ilmu yang mempelajari bagaimana alam semesta bekerja, dari skala terkecil hingga terbesar.

Setelah menyelesaikan pendidikan menengah, ia melanjutkan kuliah di Universitas Surrey dan meraih gelar Sarjana Fisika (B.Sc.) pada tahun 1986. Ia kemudian melanjutkan studi doktoral dan menyelesaikan Ph.D.-nya pada tahun 1989 dengan fokus pada teori reaksi nuklir, sebuah cabang fisika yang mendalami interaksi partikel dalam inti atom. Pada tahun yang sama, ia mendapat kesempatan untuk menjadi peneliti postdoktoral di University College London, sebuah posisi yang sangat prestisius di dunia akademik.

Jim Al-Khalili: Ilmuwan Fisika yang Menyatukan Ilmu dan Cerita Read More »

Alhazen: Sang Penemu Rahasia Cahaya

Pernahkah anda membayangkan bahwa seorang ilmuwan yang hidup lebih dari seribu tahun lalu mampu mengubah cara kita memahami cahaya, penglihatan, dan ilmu pengetahuan secara umum? Itulah yang dilakukan oleh Alhazen, atau nama lengkapnya Abu Ali al-Hasan ibn al-Haytham. Ia lahir sekitar tahun 965 Masehi di kota Basra, yang sekarang berada di wilayah Irak. Alhazen dikenal sebagai seorang jenius dalam berbagai bidang. Ia menulis tidak kurang dari 90 buku yang mencakup topik-topik seperti optik, matematika, geometri, astronomi, filsafat, puisi, pengobatan, dan bahkan teologi.

Meskipun banyak orang mengenalnya sebagai ilmuwan, kehidupan Alhazen penuh dengan tantangan dan kisah yang tidak biasa. Pada satu titik dalam hidupnya, ia sempat ditunjuk oleh seorang khalifah di Kairo bernama Al-Hakim untuk mengendalikan banjir Sungai Nil dengan membangun bendungan besar. Alhazen percaya bahwa ia bisa mengatur aliran sungai tersebut agar lebih stabil setiap tahunnya, tetapi proyek ini ternyata jauh lebih sulit dari yang ia perkirakan. Karena takut dihukum berat oleh sang khalifah yang terkenal keras dan tidak segan menghukum bawahannya, Alhazen memilih untuk berpura-pura menjadi gila. Ia menyembunyikan dirinya di sebuah masjid dan tinggal dalam persembunyian selama bertahun-tahun. Uniknya, justru di masa persembunyian inilah Alhazen menulis karya-karya paling hebatnya, termasuk salah satu buku ilmiah paling berpengaruh dalam sejarah: Kitab al-Manazir, atau dalam bahasa Latin dikenal sebagai Book of Optics.

Alhazen: Sang Penemu Rahasia Cahaya Read More »

Al-Farabi: Filsuf Muslim dan Guru Kedua

Abu Nasr Muhammad al-Farabi adalah salah satu tokoh besar dalam sejarah pemikiran Islam. Ia dikenal sebagai ilmuwan dan filsuf yang berjasa besar dalam membawa ajaran-ajaran filsafat Yunani, khususnya dari Plato dan Aristoteles, ke dunia Islam. Karena kepakarannya yang luar biasa, ia mendapat julukan Mallim-e-Sani, yang berarti “guru kedua”, setelah Aristoteles.

Al-Farabi lahir dan menempuh pendidikan awalnya di daerah Farab dan Bukhara. Kemudian, ia melanjutkan pendidikannya ke Baghdad, yang saat itu merupakan pusat ilmu pengetahuan. Di sana, ia belajar selama bertahun-tahun dan menguasai banyak bahasa serta berbagai bidang ilmu seperti filsafat, logika, kedokteran, matematika, musik, dan teknologi. Kecerdasannya menjadikannya seorang ilmuwan serba bisa yang pandangannya sangat berpengaruh hingga ke Eropa pada Abad Pertengahan.

Salah satu hal terpenting yang dilakukan Al-Farabi adalah memisahkan filsafat dari agama. Ia percaya bahwa manusia memiliki bagian dalam dirinya yang paling mulia, yaitu akal atau pikiran. Baginya, akal adalah satu-satunya bagian dari manusia yang tidak bisa mati. Karena itu, ia mengajarkan bahwa tujuan tertinggi hidup manusia adalah mengembangkan akalnya sebaik mungkin.

Al-Farabi: Filsuf Muslim dan Guru Kedua Read More »

Jejak Langit Al-Battani

Pernahkah kamu mendengar nama Al-Battani? Ia adalah salah satu ilmuwan Muslim paling hebat dalam sejarah, khususnya di bidang astronomi, ilmu yang mempelajari bintang dan planet. Meski hidup lebih dari 1.000 tahun lalu, pengaruhnya terasa hingga sekarang — bahkan oleh ilmuwan besar seperti Galileo dan Copernicus.

Al-Battani lahir sekitar tahun 858 Masehi di sebuah kota bernama Harran, yang kini berada di wilayah Turki. Nama lengkapnya cukup panjang: Abu Abdallah Mohammad ibn Jabir ibn Sinan al-Battani. Ayahnya adalah pembuat alat-alat astronomi yang terkenal, dan dari sanalah Al-Battani mulai belajar tentang bintang dan langit. Meski keluarganya berasal dari kelompok penyembah bintang (kaum Sabi’ah), Al-Battani sendiri adalah seorang Muslim. Ia sangat mencintai ilmu pengetahuan dan sejak muda sudah menunjukkan kecerdasan luar biasa.

Al-Battani pindah ke kota Raqqah, di tepi sungai Eufrat (Suriah sekarang), untuk melanjutkan pendidikan. Di sana, ia mulai membuat pengamatan langit yang sangat akurat. Kota Raqqah saat itu memang sedang maju karena dibangun banyak istana oleh Khalifah Harun al-Rashid. Ia kemudian dikenal luas sebagai salah satu pengamat bintang terbaik pada masanya. Ia juga ahli dalam geometri, trigonometri, dan astrologi.

Jejak Langit Al-Battani Read More »

Maria Agnesi: Si Jenius Pemalu yang Cinta Ilmu dan Iman

Di tengah dunia ilmiah yang dulu didominasi oleh laki-laki, muncullah seorang perempuan luar biasa bernama Maria Gaetana Agnesi. Lahir di Milan, Italia, pada 16 Mei 1718, Maria dikenal sebagai salah satu perempuan jenius pertama dalam sejarah matematika. Tapi bukan hanya pintar berhitung, Maria juga dikenal karena hatinya yang lembut, imannya yang kuat, dan pengabdiannya untuk membantu orang lain.

Maria berasal dari keluarga kaya dan terpelajar. Ayahnya adalah seorang profesor matematika, dan keluarganya bercita-cita tinggi untuk naik ke kalangan bangsawan. Sejak kecil, Maria menunjukkan kecerdasan luar biasa. Bayangkan, sebelum usia 6 tahun, ia sudah lancar berbahasa Italia dan Prancis! Tak lama kemudian, ia menguasai bahasa Latin, Jerman, Yunani, Ibrani, dan Spanyol — total tujuh bahasa! Karena itu, ia dijuluki “Orator Tujuh Bahasa”.

Pada usia 9 tahun, Maria membuat semua orang takjub saat memberikan pidato dalam bahasa Latin selama satu jam penuh, membahas hak perempuan untuk mendapatkan pendidikan. Di usia belia, ia sudah jauh melampaui zamannya — memperjuangkan pendidikan bagi perempuan di masa ketika itu masih dianggap hal yang langka.

Maria Agnesi: Si Jenius Pemalu yang Cinta Ilmu dan Iman Read More »

Louis Agassiz: Sang Penjelajah Alam dan Penemu Jejak Zaman Es

Louis Agassiz adalah seorang ilmuwan besar asal Swiss yang hidup pada tahun 1807 hingga 1873. Ia dikenal luas sebagai ahli biologi, dokter, geolog, guru, dan peneliti alam. Namun, kontribusinya yang paling dikenang adalah penemuannya bahwa Bumi pernah mengalami Zaman Es dan penelitian mendalamnya tentang ikan-ikan purba yang telah punah. Selain sebagai peneliti, Agassiz juga dikenal sebagai pendidik visioner yang mengubah cara pendidikan ilmu alam, terutama di Amerika Serikat saat ia mengajar di Universitas Harvard.

Agassiz lahir di desa Môtier, Fribourg, Swiss, dari keluarga religius. Sejak kecil, ia sudah menunjukkan minat yang besar terhadap alam. Ayahnya adalah seorang pendeta Protestan, sementara ibunya sangat mendukung rasa ingin tahunya terhadap ilmu pengetahuan. Setelah mendapatkan pendidikan di rumah, Agassiz melanjutkan sekolah ke Bienne dan Lausanne. Ia menempuh pendidikan tinggi di Zürich, Heidelberg, dan Munich, mempelajari kedokteran serta sejarah alam, khususnya botani. Ketika pindah ke Paris, ia bertemu dua ilmuwan besar, Alexander von Humboldt dan Georges Cuvier, yang menjadi mentor dan membimbingnya menuju dunia geologi dan zoologi. Di sinilah ia mulai fokus pada iktiologi — studi tentang ikan — yang kemudian menjadi inti dari kariernya.

Louis Agassiz: Sang Penjelajah Alam dan Penemu Jejak Zaman Es Read More »