Inspirasi

Muslim Dali Kombe

Di tengah panasnya pasir Gurun Sahara, jauh dari hiruk-pikuk kota dan gemerlap dunia, terdapat sebuah desa kecil yang sangat istimewa. Namanya Dali Kombe. Di tempat yang nyaris tidak terlihat di peta ini, tinggal sebuah komunitas Muslim yang seluruhnya tunanetra. Mereka tidak bisa melihat dunia, tapi dunia bisa banyak belajar dari cara mereka hidup.

Dali Kombe bukanlah desa biasa. Mereka yang tinggal di sana menghadapi dua tantangan besar sekaligus: kehidupan di gurun yang keras dan keterbatasan penglihatan. Tapi yang luar biasa, mereka tetap hidup dengan penuh semangat, iman, dan persatuan. Mereka tidak menyerah, tidak menyalahkan takdir, dan tidak pernah putus harapan.

Meskipun tidak bisa melihat, warga Dali Kombe mampu menjalani kehidupan sehari-hari dengan mandiri. Mereka bekerja, beribadah, membesarkan anak-anak, dan saling membantu satu sama lain. Mereka memiliki cara-cara unik untuk beraktivitas, menggunakan indera lain seperti pendengaran dan sentuhan untuk mengenali lingkungan sekitar. Tapi kekuatan utama mereka bukan hanya pada kemampuan fisik—melainkan pada keimanan yang begitu kuat kepada Allah.

Muslim Dali Kombe Read More »

Bai Fangli: Pahlawan Sunyi yang Mengayuh Harapan

Di tengah gemuruh kota dan hiruk pikuk kehidupan, ada kisah sederhana namun luar biasa tentang seorang pria tua yang diam-diam membuktikan bahwa kebaikan tak selalu butuh panggung. Namanya Bai Fangli, seorang penarik becak dari Tiongkok yang kehidupannya mungkin tampak biasa—namun warisannya luar biasa.

Pada tahun 1987, di usia senjanya yang ke-74 tahun, Bai memutuskan untuk pensiun dari pekerjaannya yang melelahkan. Ia kembali ke kampung halamannya, berharap bisa menghabiskan hari tua dengan tenang. Namun yang ia temukan justru mengguncang nuraninya: anak-anak bekerja di ladang, kehilangan kesempatan untuk bersekolah karena himpitan ekonomi.

Tanpa banyak bicara, Bai mengambil keputusan besar. Ia kembali ke kota Tianjin, dan melanjutkan menarik becak. Bukan demi dirinya sendiri, melainkan untuk anak-anak yang tidak pernah dikenalnya secara pribadi. Ia hidup dalam kesederhanaan ekstrem—tinggal di dekat stasiun, makan makanan seadanya, dan mengenakan pakaian bekas yang ia temukan. Seluruh penghasilannya ia sumbangkan untuk membiayai pendidikan anak-anak miskin.

Bai Fangli: Pahlawan Sunyi yang Mengayuh Harapan Read More »