Bumi Semakin Rapuh Akibat Emisi Karbon Manusia

Penelitian ini juga menemukan adanya titik balik tersembunyi dalam respons sistem karbon Bumi antara tahun 1925 hingga 1945. Dalam periode itu, Bumi mulai menunjukkan perubahan cara merespons tekanan, jauh lebih awal dari yang diduga sebelumnya. Sebelumnya, lahan dan lautan berperan besar dalam menyerap karbon dioksida (CO₂) yang dilepaskan oleh manusia. Namun sejak titik balik tersebut, kemampuannya mulai menurun seiring dengan intensitas aktivitas manusia yang terus meningkat.

Matthias Jonas, penulis utama studi ini dari IIASA, menjelaskan bahwa sebelumnya para ilmuwan hanya berfokus pada jumlah emisi karbon per tahun. Padahal, hal yang lebih penting adalah bagaimana Bumi sebagai sebuah sistem fisik meregang dan menanggapi tekanan tersebut. Studi ini membawa pendekatan baru dengan mengukur “tegangan” dan “regangan” dalam sistem Bumi, serupa dengan cara insinyur mengukur kekuatan material dalam dunia fisika.

Menurut para peneliti, temuan ini berarti bahwa dunia perlu bertindak lebih cepat dalam mengurangi emisi gas rumah kaca. Bahkan jika target iklim global tercapai, tetap ada kemungkinan besar bahwa kerusakan sistem alami Bumi sudah mencapai titik yang tidak dapat dipulihkan. Model-model iklim saat ini belum sepenuhnya menangkap kerentanan awal Bumi ini, padahal hal tersebut sangat penting dalam merancang kebijakan mitigasi.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *