Salah satu alasan badai selama ini diabaikan adalah karena sulitnya memantau dampaknya secara menyeluruh. Data suhu dan curah hujan bisa dicatat lewat stasiun cuaca, sementara kerusakan akibat badai jauh lebih lokal, tak mudah terdeteksi dari satelit, dan memerlukan pengamatan langsung dalam skala besar.
Untuk mengatasi tantangan itu, proyek Gigante—yang dipimpin oleh Gora bersama Adriane Esquivel-Muelbert dari University of Birmingham—menggunakan teknologi seperti pelacak petir, drone, dan pengamat lapangan. Kombinasi alat ini memungkinkan mereka memetakan kapan dan di mana pohon-pohon mati, serta spesies mana yang paling rentan terhadap badai.
Pemahaman mendalam tentang penyebab kematian pohon tropis sangat penting untuk keberhasilan program konservasi dan restorasi hutan jangka panjang. Jika kita salah menentukan spesies yang cocok ditanam karena tak memahami ancaman sebenarnya, maka hasil dari reboisasi baru akan gagal terlihat puluhan tahun kemudian.
Namun, jika kita mulai melihat hutan secara lebih menyeluruh—memahami bahwa badai, bukan hanya kekeringan atau suhu tinggi, bisa membunuh pohon-pohon besar—maka strategi pelestarian dan pengelolaan hutan akan menjadi lebih tepat sasaran dan berkelanjutan untuk masa depan planet ini.[]