Tak cukup sampai di situ, sekitar setengah jam sebelum azan subuh, kita akan mendengar pengantar berupa tadarus dan sholawat bersahut-sahutan—bukan rekaman. Sebuah suasana yang membingkai desa setiap hari. Ketika waktu subuh datang, nampak warga dari anak-anak hingga lansia datang memakmurkan masjid. Dan setelahnya, masih nampak anak-anak sibuk membaca Al-Qur’an dan menghafalnya.
Di luar pesantren, tercatat ada sekitar 11 lembaga pendidikan di desa ini. Beberapa di antaranya memang berorientasi keagamaan seperti MTSS Darul Munajah, MTSS Hidayatul Mubtadiin, MAS Hidayatul Mubtadiin, hingga Madrasah Tsanawiyah Sidoharjo. Artinya, pendidikan formal dan tradisional benar-benar berjalan berdampingan, menjadi fondasi penting dalam membentuk generasi yang berilmu dan beriman.
Aktivitas shalat berjamaah, pengajian rutin, tahsin Al-Qur’an, hingga madrasah diniyah untuk anak-anak berjalan aktif di sini. Di setiap dusun, juga terdapat mushola yang fungsinya bukan hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga pusat pembelajaran dan interaksi sosial.