Amanah dalam pengelolaan sumber daya juga menjadi bagian penting dari kepemimpinan Umar. Dalam sebuah riwayat, ia menegur putranya karena menggembalakan unta di tanah negara, karena khawatir akan terjadi konflik kepentingan. Ini menunjukkan betapa tingginya kesadaran Umar terhadap etika kekuasaan. Jika para pemimpin dunia saat ini memiliki tingkat tanggung jawab seperti itu, mungkin eksploitasi terhadap hutan, laut, dan tambang akan jauh berkurang.
Kepemimpinan Umar juga ditandai oleh ketegasan dalam menghadapi para pejabat yang menyalahgunakan wewenang. Ia tidak segan memecat bahkan sahabat dekatnya jika terbukti menyimpang. Dunia kini memerlukan ketegasan seperti ini dalam menghadapi kekuatan lobi industri fosil yang sering kali menjadi penghambat utama kebijakan iklim yang progresif. Ketika para politisi ragu bertindak karena tekanan ekonomi, Umar akan menjadi contoh pemimpin yang mendahulukan kepentingan rakyat dan masa depan bumi.
Di tengah paceklik dan bencana kelaparan, Umar memilih menahan diri dari makanan enak dan hidup sederhana bersama rakyatnya. Ia tidak hanya memerintah, tapi juga ikut merasakan penderitaan rakyat. Bandingkan dengan sebagian pemimpin saat ini yang berbicara tentang krisis iklim sambil terbang dengan jet pribadi. Keteladanan Umar menunjukkan bahwa kepemimpinan sejati lahir dari empati, bukan hanya dari kekuasaan.