Mengapa Polusi Tetap Tinggi Meski Emisi Menurun?

Para peneliti menemukan bahwa ada “efek penyangga” yang terjadi di atmosfer. Efek ini membuat nitrat gas berubah menjadi partikel, sehingga memperpanjang masa tinggalnya di udara. Bahkan, di tempat-tempat yang jauh dari sumber polusi, seperti Kutub Utara, peneliti tetap menemukan endapan nitrat yang tinggi dalam inti es. Ini menandakan bahwa zat tersebut dibawa dari tempat lain oleh angin dan proses atmosfer lainnya, bukan berasal dari aktivitas lokal.

Untuk menelusuri sejarah keberadaan nitrat di atmosfer, tim yang dipimpin oleh Profesor Yoshinori Iizuka dari Institut Ilmu Suhu Rendah Universitas Hokkaido, menganalisis inti es dari Greenland tenggara. Mereka mencatat bahwa kadar nitrat meningkat sejak tahun 1850-an, memuncak antara 1970 hingga 2000, lalu sedikit menurun namun tetap tinggi hingga kini. Penurunan ini jauh lebih lambat dibanding penurunan emisi prekursor nitrat, menandakan bahwa faktor lain turut memengaruhi.

Dengan menggunakan model transportasi kimia global, para peneliti menemukan bahwa perbedaan antara kadar nitrat dan prekursornya berkorelasi dengan tingkat keasaman atmosfer. Artinya, bukan suhu udara atau kondisi cuaca yang membuat nitrat bertahan di atmosfer, tetapi proses kimia yang mengubah bentuknya menjadi partikel. Keasaman udara yang meningkat menyebabkan nitrat lebih banyak berubah menjadi bentuk partikel, sehingga lebih sulit hilang dan lebih mudah menyebar.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *