Indonesia Negara Fatherless?

Inggris juga menghadapi tantangan serupa. Banyak laporan dari lembaga sosial mengungkap bahwa anak-anak laki-laki di Inggris kerap tumbuh tanpa figur ayah yang stabil. Hal ini dikaitkan dengan perubahan struktur keluarga, urbanisasi yang cepat, dan kebijakan kesejahteraan sosial yang tak jarang membuat peran ayah semakin terpinggirkan. Ini berkontribusi pada meningkatnya masalah perilaku dan krisis identitas pada remaja.

Indonesia pernah dikaitkan sebagai negara dengan tingkat fatherlessness tertinggi ketiga di dunia. Walaupun klaim ini perlu divalidasi dengan riset akademis yang lebih kuat, fenomena ini tak bisa diabaikan begitu saja. Budaya patriarki yang menempatkan ayah lebih sebagai pencari nafkah ketimbang pengasuh, angka perceraian yang terus meningkat (lebih dari 500.000 kasus pada 2022), serta tekanan ekonomi yang memaksa banyak ayah merantau, menjadikan kehadiran ayah, baik fisik maupun emosional, semakin langka di banyak keluarga.

Di banyak daerah Indonesia, maskulinitas seringkali dimaknai sebatas kekuatan fisik dan tanggung jawab ekonomi. Pendidikan peran ayah dalam pengasuhan emosional dan spiritual nyaris tak mendapat tempat. Akibatnya, banyak anak kehilangan kedekatan batin dengan sosok ayah, meskipun secara fisik ayah hadir di rumah. Ini melahirkan generasi yang kesulitan membangun relasi sehat, baik dalam keluarga maupun di masyarakat.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *