Saat beranjak remaja, Bell tinggal bersama kakeknya di London dan kembali belajar dengan baik. Ia mempelajari bahasa Latin dan Yunani di Weston House Academy, serta mengajar pelafalan untuk menambah uang saku. Bersama saudaranya, Bell sempat mencoba membuat robot berbicara dengan membuat pipa angin dan kepala buatan yang bisa mengucapkan beberapa kata sederhana.
Kondisi kesehatan Bell menurun akibat terlalu banyak bekerja dan berpindah-pindah tempat. Pada usia 23 tahun, setelah kedua adiknya meninggal akibat tuberkulosis, keluarganya memutuskan pindah ke Kanada demi kesehatan Bell. Di sana, kesehatannya membaik dan ia bahkan belajar bahasa Mohawk serta menuliskannya untuk pertama kali. Masyarakat Mohawk menghormatinya dengan menjadikannya kepala suku kehormatan.
Kemudian, Bell pindah ke Amerika Serikat dan membuka sekolah untuk mengajar orang tuli berbicara. Meski tidak memiliki gelar sarjana, pada usia 26 tahun ia diangkat menjadi profesor di Boston University. Sejak muda, Bell terobsesi menemukan alat yang bisa meniru ucapan manusia. Obsesi ini didorong juga oleh kondisi ibunya yang tuli dan metode pengajaran ayahnya untuk orang tuli.