Kedua, setiap aktivitas harus punya tujuan yang jelas. Tanpa tujuan, perbuatan hanya akan menjadi rutinitas kosong atau bahkan menyimpang. Tujuan ini bisa berupa nilai materi seperti penghasilan, nilai akhlak seperti kejujuran, nilai kemanusiaan seperti menolong sesama, atau nilai spiritual seperti mendekatkan diri kepada Allah. Namun, dalam satu aktivitas, seorang muslim idealnya hanya fokus pada satu nilai sebagai niat utama. Misalnya, seorang pedagang yang jujur tetap menjadikan keuntungan halal sebagai tujuannya, meskipun kejujurannya mendatangkan nilai moral tambahan. Dengan begitu, tindakan tersebut menjadi fokus, terarah, dan tidak mudah goyah oleh tekanan atau godaan lain.
Ketiga, seluruh aktivitas harus berakar pada keimanan. Bagi seorang muslim, keimanan bukan sekadar keyakinan dalam hati, tetapi harus mewarnai seluruh tindak-tanduknya. Keimanan membuat seseorang sadar bahwa Allah Maha Melihat setiap perbuatan, bahwa setiap amal akan dihisab, dan bahwa segala hasil akhirnya berada di tangan Allah. Keimanan ini juga yang akan membentengi jiwa dari stres, tekanan batin, bahkan rasa putus asa ketika hasil tidak sesuai harapan. Karena dengan iman, seseorang tahu bahwa tugasnya adalah berusaha sebaik mungkin, sedangkan hasil akhir adalah bagian dari takdir yang harus diterima dengan lapang dada.