Pada 29-30 Maret 2023 diklaim terjadi Siklon Tropis Herman di wilayah Sumatra dan Jawa. Siklon tropis ini terbentuk membesar kurang dari 24 jam dan ditetapkan sebagai bibit siklon 96S di Samudra Hindia sebelah barat daya Sumatra. Badai siklon tersebut berdasarkan ukurannya berpotensi menjadi supersiklon.
Pergerakan Siklon Tropis Herman menurut Erma Yulihastin, peneliti klimatologi di Pusat Iklim dan Atmosfer BRIN, hanya akan berputar-putar di lokasi yang relatif sama hingga 3 April mendatang.
Siklon tropis sendiri merupakan sistem tekanan rendah yang terbentuk di atas perairan hangat tropis atau subtropis. Siklon tropis umumnya memengaruhi wilayah yang luas dan menyebabkan cuaca buruk seperti hujan lebat, angin kencang, serta gelombang laut tinggi.
Prediksi tersebut menggunakan data Satellite-based Disaster Early Warning System (SADEWA) yang dikembangkan Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN.
Sementara itu, Deputi Meteorologi BMKG Guswanto (30/03/2023), menyampaikan bahwa Siklon Tropis Herman memiliki kecepatan angin maksimum 55 knot dan tekanan udara minimum sebesar 987 milibar (mb). Siklon Herman berpotensi memicu gelombang tinggi 1,25-2,5 meter di Teluk Lampung, perairan Bengkulu, dan perairan selatan Jawa Timur. Selain itu, berpotensi menghasilkan gelombang lebih tinggi dengan kisaran 2,5-4 meter di perairan barat Kepulauan Mentawai, perairan barat Pulau Enggano, perairan barat Lampung, Samudra Hindia barat Kepulauan Mentawai hingga Lampung, Teluk Lampung bagian selatan, perairan selatan Banten hingga Jawa Tengah, dan Samudera Hindia selatan banten hingga Jawa Timur. Intensitas Siklon Tropis Herman dalam 24 jam ke depan akan menurun dan menjauhi Indonesia bergerak ke arah Timur-Tenggara.
Siklon Herman dinamai berdasarkan daftar nama siklon tropis yang telah disepakati oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bersama badan meteorologi dan klimatologi lainnya di kawasan Samudera Hindia.
Daftar nama-nama siklon tropis ini biasanya disusun secara bergiliran dan berdasarkan abjad. Siklon Herman merupakan nama yang dipilih dari daftar nama yang telah disusun sebelumnya untuk digunakan pada siklon tropis yang terbentuk di kawasan Samudra Hindia.
Pemberian nama pada siklon tropis seperti Siklon Herman ini bertujuan untuk memudahkan komunikasi dan pelaporan terkait kondisi cuaca dan dampaknya pada masyarakat dan pihak terkait. Dengan memberikan nama pada siklon tropis, maka informasi mengenai siklon tersebut dapat lebih mudah dipahami dan diingat oleh masyarakat dan media, serta memudahkan dalam pengambilan tindakan pencegahan dan penanggulangan bencana cuaca terkait.
Siklon tropis biasanya terbentuk di daerah laut yang hangat dan lembap, di mana suhu permukaan laut mencapai 27°C atau lebih tinggi, dan memiliki kecepatan angin minimal 34 knot atau 63 kilometer per jam. Siklon tropis dibedakan menjadi beberapa kategori berdasarkan kecepatan angin maksimumnya, mulai dari badai tropis (kecepatan angin 34-63 knot), siklon tropis (kecepatan angin 64-89 knot), hingga siklon tropis super (kecepatan angin lebih dari 120 knot).
Belum selesai masa prediksi Siklon Tropis Herman, muncul prediksi potensi terjadinya ancaman Siklon Tropis Seroja. Erma Yulihastin pada 29 Maret 2023 men-tweet dalam twitter-nya,
“Update Vorteks ganda Laut Banda: vorteks utara akan meluruh namun selatan akan sustain atau menetap. Mirip dg proses fisis sebelum pembentukan bibit siklon Seroja. Hati-hati utk Kupang, Sulawesi, Maluku, Halmahera. Pengaruhnya dapat meningkatkan hujan di wilayah-wilayah tersebut.”
Siklon (vorteks) Seroja adalah siklon tropis yang terbentuk pada awal April 2021 dan memengaruhi beberapa negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, Timor Leste, dan Australia. Siklon ini awalnya terbentuk di sebelah timur Indonesia dan kemudian bergerak ke selatan, menuju Timor Leste dan Australia.
Siklon Seroja merupakan siklon tropis yang terbentuk pada awal April 2021 dan memengaruhi beberapa negara di Asia Tenggara. Siklon ini awalnya terbentuk di sebelah timur Indonesia dan kemudian bergerak ke selatan, menuju Timor Leste dan Australia. Siklon ini menyebabkan hujan lebat, angin kencang, dan gelombang laut tinggi di wilayah yang terdampak.
Namun, dalam rilis BMKG, Tropical Cyclone Warning Centre (TCWC) Jakarta yang ditayangkan oleh Informasi Siklon Tropis – Stasiun Meteorologi Yogyakarta (bmkg.go.id), disebutkan sebagai berikut:
PROSPEK PERTUMBUHAN SIKLON TROPIS
Prospek Pertumbuhan Siklon Tropis untuk wilayah Indonesia sebelah Selatan Katulistiwa
Dikeluarkan hari Kamis, 30 Maret 2023, 08.00WIB.
Siklon tropis yang saat ini terdapat di wilayah Indonesia sebelah Selatan Katulistiwa: Tidak ada.
Potensi untuk tumbuh menjadi siklon tropis pada hari :
Jumat (besok): kemungkinan kecil
Sabtu (lusa): kemungkinan kecil
Minggu (3 hari lagi): kemungkinan kecil
Catatan :
Yang dimaksud dengan :
Kemungkinan kecil adalah potensi tumbuh menjadi siklon tropis kurang dari 10%
Kemungkinan sedang adalah potensi tumbuh menjadi siklon tropis antara 20%-40%
Kemungkinan besar adalah potensi tumbuh menjadi siklon tropis lebih dari 50%
Yang dimaksud dengan wilayah Indonesia sebelah Selatan Katulistiwa meliputi wilayah yang dibatasi antara 0-11 LS dan 90-141 BT.
Meskipun Indonesia memiliki pengalaman bahwa angin badai atau topan telah beberapa kali menyebabkan bencana alam yang merusak dan menimbulkan korban jiwa, semisal pada 1972, angin topan melanda wilayah pesisir selatan Pulau Jawa dan menewaskan lebih dari 500 orang, kemudian pada 2007, angin topan Krosa menyebabkan puluhan orang tewas dan ribuan orang kehilangan tempat tinggal di Sulawesi Selatan dan Maluku, namun adopsi ‘angin badai atau topan’ sebagai kategori potensi bencana, baru dilakukan pada tahun 2001.
BMKG Indonesia secara resmi mengadopsi sistem peringatan dini bencana alam berbasis cuaca yang dikembangkan oleh World Meteorological Organization (WMO) pada tahun 2001. WMO sendiri telah mengembangkan sistem peringatan dini berbasis cuaca sejak 1993.
Dalam sistem peringatan dini tersebut, angin badai dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: angin kencang (wind gusts) dengan kecepatan maksimum 50 km/jam, badai tropis (tropical storm) dengan kecepatan maksimum 51-89 km/jam, dan siklon tropis (tropical cyclone) dengan kecepatan maksimum di atas 89 km/jam.
Mengapa Indonesia terlambat menetapkan angin badai sebagai potensi bencana?
Ini tidak terlepas dari adanya anggapan bahwa Indonesia yang terletak di garis khatulistiwa mengalami efek coriolis bumi yang membelokkan massa udara akibat rotasi bumi, menyebabkan badai sangat jarang atau tidak terbentuk sama sekali. Namun, saat ini badai angin seakan bertubi-tubi memapar wilayah-wilayah Se-Nusantara membalikkan teori efek coriolis bumi di negeri khatulistiwa.
Dengan demikian, BMKG telah menetapkan secara resmi angin badai sebagai potensi bencana, seperti: gelombang tinggi, tsunami dan gempa bumi, banjir dan longsor, kekeringan, Karhutla (kebakaran hutan dan lahan), Abrasi (erosi pantai), dan badai petir.
Pertanyaannya: apa pentingnya pengetahuan kita tentang kebencanaan seperti ini?
Selain alasan alamiah, bahwa dalam alam kehidupan manusia ini terjadi suatu peristiwa kausalitas, yakni aneka bencana tersebut tidak terjadi tanpa kontribusi manusia. Dalam TQS. Ar-rum: 41-42, Allah SWT berfirman, “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Katakanlah (Muhammad), “Bepergianlah di bumi lalu lihatlah bagaimana kesudahan orang-orang dahulu. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah).”
Atas pemahaman tersebut, manusia hendaknya memperlakukan kehidupannya (pada dimensi spiritual, sosial, dan ekologi) dengan sebaik-baiknya sesuai kapasitas dan neracanya.
Kemudian secara spiritual Allah SWT telah menetapkan sanksi dan ganjaran pada manusia, kita menyakini bahwa di bumi ini banyak terdapat tentara-tentara Allah yang tidak hanya berasal dari golongan malaikat, Nabi dan Rasul serta orang-orang sholeh. Tetapi juga, bala tentara Allah dapat berasal dari berbagai benda di alam raya ini. Matahari pernah menahan diri agar tidak terbenam terlebih dahulu untuk membantu salah satu Nabiullah mengalahkan musuh. Ini artinya matahari adalah tentara Allah. Laut, berubah menjadi daratan kering, menyelamatkan Nabi Musa ‘alaihissalam, dan pengikutnya, juga adalah tentara-tentara Allah SWT.
Demikian pula angin, hujan, dan lain sebagainya, sewaktu-waktu dapat menjadi tentara Allah SWT, untuk menjadi penolong manusia ataupun menjadi azab pada manusia, jika manusia berkubang dalam kemaksiatan kepada Allah SWT. []