Oh, Ternyata Ini Buaya Asli Wakatobi?

Mengawali tulisan ini, pertama-tama saya ingin meminta maaf. Tulisan tentang tema buaya ini adalah yang kedua dan terpublikasi setelah dalam rentang waktu yang lumayan lama . Saya tidak bermaksud membesar-besarkan soal buaya ini. Tetapi poin saya adalah membangun literasi bersama tentang makhluk predator ini, kita saling membelajarkan. Mudah-mudahan tidak membosankan.

Kemudian yang kedua adalah saya ingin memperjelas terkait adanya klaim bahwa di Wakatobi terdapat buaya spesies lokal, yang disampaikan oleh beberapa pihak ketika merespon tulisan saya sebelumnya (lihat: https://sunashadi.com/2022/06/26/asal-buaya-wakatobi/). Saya mendapatkan konfirmasi dari beberapa pihak mengenai informasi perjumpaan warga dengan buaya di sejumlah tempat: Tomia, Kaledupa, dan Kapota.

Saya berterima kasih kepada sejumlah kawan-kawan di platform facebook yang telah membagikan sebanyak 74 kali (sampai dengan pukul 21:11 WITA 28 Juni 2022), mendapatkan respon ‘suka’ 54 kali, dan komentar 41 kali. Sementara itu kunjungan pada situs saya (https://sunashadi.com) berkenaan dengan judul tersebut mencapai 700-an, suatu respon yang luar biasa. Sekali lagi terima kasih.

Ini beberapa informasi penting dari percakapan di facebook:

Saleh Hanan: Tahun 2007 kalau tak salah adakah buaya muara yang terbunuh diperairan Tomia kakau tak salah (?)
Ahmad Yasin: Sunarwan Asuhadi : yang bunuh kebetulan di dete… Saya sempat ketemu nelayan yang bunuh dia cerita
Ahmad Yasin: Sunarwan Asuhadi : siap.. tapi infonya yang buaya di Tomia adalah buaya yang lepas, bukan yang migrasi dari luar (info2 yang beredar). Kalau di kaledupa selatan ada pak, sudah banyak yang liat kalau yang lagi cari ikan, termasuk mertua yang bilang, tapi nanti bisa mungkin wawancara orang tua2 yang di kaledupa 😁
Ahmad Yasin: Sunarwan Asuhadi : ini solusi mantap pak.. 😁 kalaau di Kaledupa tempatnya tertentu saja pak, masih melimpah sumber makanan sama habitatnya masih baik, jadi Ndak ganggu2 dari dulu, terinfo sampai sekarang masih aman… 😁
Ld Haerudin Haerudin: Ini perlu kajian mendalam kedepan, jika betul ada pemerintah harus mengambil langkah,untuk keamana kedepan utamanya nelayan!!
Alibasaru Odhem Kawadang: Fenomena ini jg terjadi di kepulauan Taliabu bagian Timur Selatan… Dugaan buaya ini menyebrang dari Australia.. kabarnya ada sekitar 800an ekor buaya lepas dari penangkarannya di Australia…
Elang Timur: Beberapa tahun lalu btnw kaledupa melepas seekor buaya di sekitaran laut pulau hoga. Buaya tersebut sebelumnya terperangkap jaring nelayan di perairan darawa kaledupa
Sem NuRlis: Di perairan kapota sdh sering di lihat
Stevhin Armait: d kapota ad jg
Myhammad Ali: Kalau di Tomia dulu benar adanya dan memang terperangkap dijaring nelayan diperairan dete, konon info yg berkembang buaya ini terlepas dari kapal yg dibawa pedagang
Romeo Syahrir Romeo: Tidak heran ada buaya di wakatobi dan itu fakta, persoalan ditemukan dimana itu tergantung habitat hidupnya,,dijumpai dilaut itu bisa jadi kategori buaya muara, di darat sekitar pantai, tepi sungai kebanyakan dijumpai,,wakatobi dan dikaledupa buaya bukan hal baru bisa kesana dihabitat tumbuh dan hidupnya
Romeo Syahrir Romeo: Sunarwan Asuhadi lokal sdrq kalau mau boleh explorasi di sana di rondo, bahua, ada banyak sarangnx
Romeo Syahrir Romeo: Jenisnya kebanyakan cayman itu buaya disana

Dari percakapan di facebook tersebut, terungkap bahwa pernah ada buaya yang terperangkap di Pulau Tomia (Perairan Dete), namun dibunuh oleh nelayan. Buaya tersebut diduga terlepas dari kapal yang dibawa oleh pedagang. Sayangnya, tak ada dokumentasi untuk memastikan spesiesnya, walaupun ada dugaan jika buaya yang dimaksud adalah buaya muara. Di Pulau Kapota juga kabarnya ditemukan buaya, namun belum ada informasi lebih lanjut mengenai spesiesnya.

Perjumpaan warga dengan buaya di Pulau Kaledupa ternyata lebih intens dibandingkan dengan pulau lainnya di Wakatobi. Terungkap bahwa di Kaledupa Selatan seringkali dijumpai. Bahkan dikabarkan beberapa tahun silam pihak Balai Taman Nasional Wakatobi pernah melepas seekor buaya di sekitar Pulau Hoga yang terperangkap di jaring nelayan Darawa.

Salah satu catatan penting yang saya harus garis bawahi adalah klaim saya pada tulisan sebelumnya yang seakan menyimpulkan bahwa buaya bukan spesies lokal di Wakatobi. Kenapa demikian? Oleh karena ternyata di Pulau Kaledupa sejak dahulu kala telah mengenal ada spesies lokal yang mirip buaya di sana. Hanya saja belum terlaporkan secara detil adalah spesies apa saja yang ada di sana, beredar info kalau spesies yang dimaksud adalah caiman.

Ada 4 spesies yang dianggap memiliki kemiripan: buaya, aligator, caiman, dan gharial. Keempat spesies tersebut berasal dari ordo Crocodilia. Dalam ordo Crocodilia, ada tiga keluarga, yaitu Alligatoridae, Crocodylidae, dan Gavialidae. Dari tiga keluarga ini ada 8 genus dan 23 spesies. Namun, masyarakat umumnya menyebut semua hewan tersebut dengan sebutan buaya, walaupun sebenarnya memiliki perbedaan.

Buaya berasal dari keluarga Crocodylidae, aligator dan caiman adalah bagian dari  keluarga Alligatoridae, sedangkan gharial adalah keluarga Gavialidae. Pada umumnya, buaya dan aligator merupakan dua anggota ordo Crocodilia yang paling populer.

Lalu, bagaimana perbedaannya?

Bentuk rahang aligator dan caiman lebih lebar dan ujungnya tidak lancip, sedangkan buaya memiliki rahang yang lebih panjang dan lancip. Bentuk rahang aligator dan caiman seperti huruf ‘U’, sedangkan buaya berbentuk seperti huruf ‘V’, dan gharial berbentuk moncong panjang dan kecil.

Perbedaan lainnya adalah bentuk gigi. Moncong buaya tertutup, gigi keempat pada bagian bawah, terlihat dan tampak menempel dengan rahang atasnya, seperti menyeringai. Pada aligator dan caiman mempunyai rahang atas lebih lebar dibandingkan rahang bawah, gigi tidak terlihat saat moncongnya tertutup.

Adapun habitat buaya umumnya di wilayah air asin seperti rawa-rawa di hutan bakau atau muara sungai air asin. Buaya memiliki kelenjar yang dapat menghilangkan kelebihan garam di tubuhnya. Aligator, caiman, dan gharial tidak mempunyai kelenjar seperti buaya, sehingga lebih banyak tinggal di sekitar perairan air tawar (https://bobo.grid.id/read/081654674/perbedaan-buaya-aligator-caiman-dan-gharial-akubacaakutahu?page=all).

Perbedaan ukuran panjang tubuh bervariasi. Gharial bisa mencapai ukuran 6,25 m, umumnya panjangnya sekitar 3,5 – 4,5 meter. Alligator dapat mencapai panjang 2,7 – 4,8 meter. Buaya bisa mencapai 4,2 – 4,5 meter, dan yang terbesar adalah buaya air asin bisa mencapai panjang 5 – 5,4 meter. Adapun caiman berukuran terkecil, panjang hanya 2 – 2,5 meter (https://portalsains.org/2020/09/08/ini-bedanya-crocodile-alligator-caiman-dan-gharial/).

Seberapa bahaya ordo Crocodilia ini?

The Worldwide Crocodilian Attack Database (CrocBITE), mencatat ada sekitar 7 buaya yang dilaporkan memiliki reputasi menakutkan dalam serangannya terhadap manusia, yakni: black caiman (di Amerika Selatan bagian utara dan dapat ditemukan di sebagian besar lembah Sungai Amazon dari Peru dan Ekuador ke arah timur hingga Guyana dan Suriname), buaya rawa (ditemukan di kolam air tawar, lahan basah, danau, dan aliran sungai yang mengalir lambat, seperti ditemukan di Iran ke pinggiran barat Asia Tenggara), buaya Amerika (disebut juga buaya Amerika Tengah, menghuni berbagai habitat perairan dari Florida selatan dan Meksiko selatan melalui pulau-pulau Karibia dan Amerika Tengah hingga Amerika Selatan bagian utara, gharial atau gavial (seperti yang mendiami sungai-sungai di India utara dan Nepal), aligator (misalnya di Amerika berasal dari wilayah Gulf Coast Amerika Serikat dan dapat ditemukan di lingkungan air tawar mulai dari danau dan sungai hingga rawa, rawa, dan lahan basah lainnya), buaya air asin (misalnya yang hidup di kawasan Asia Tenggara, dari India selatan hingga pinggiran utara Australia), dan buaya Sungai Nil (https://sains.sindonews.com/read/628603/766/7-buaya-paling-berbahaya-di-dunia-nomor-5-miliki-reputasi-menakutkan-1639519935?showpage=all).

So, spesies lokal yang ada di Wakatobi adalah caiman. Spesies yang se-ordo dengan buaya, tetapi sesungguhnya bukan spesies buaya. Jadi kalau ada spesies buaya yang ke Wakatobi, sepertinya berasal dari luar daerah. []

3 komentar untuk “Oh, Ternyata Ini Buaya Asli Wakatobi?”

  1. Tulisannya yang menarik pak… Saya juga baru tahu, karena memang orang2 tua dikaledupa ini terutama dibagian langge kalau yang saya tanya bilang ada buaya di Kaledupa… Dogung juga ada pak, tapi sudah mereka tidak pernah liat lagi…

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *