Terlepas dari keberadaan buaya ini perlu pembuktian secara resmi atau scientific dalam sudut pandang pemerintah atau tidak, tetapi keberadaannya dalam perspektif sosial, sudah dianggap terbukti. Perjumpaan di Waha ini bukan kasus yang pertama di Wakatobi, sejumlah warga sudah mengafirmasi, jika di beberapa tempat pernah ditemukan: di Tomia, infonya dengan panjang sekitar 2,5-3 m terperangkap dalam jaring warga, di Kapota juga tahun lalu ada warga yang menyaksikan pada saat menyuluh.
Pertanyaan berikutnya: jika benar buaya ada di Wakatobi, apakah ia spesies lokal atau introduksi?
Berdasarkan data historis yang tersimpan dalam ‘arsip’ memori warga, termasuk data hasil survey para pemangku kepentingan sumber daya fauna di Wakatobi, dapat disimpulkan bahwa buaya bukan spesies lokal (native species atau indigenous species.). Beberapa habitat yang relevan dengan kehidupan buaya di Wakatobi, secara jangka panjang tidak pernah ditemukan buaya, misalnya pada ekosistem mangrove di Kaledupa, dsb.
Oleh karena buaya bukan spesies lokal, maka sudah pasti kemungkinannya adalah spesies introduksi. Lalu dari mana ia berasal?
ulasan yg sangat bagus, mencerahkan 👍
Pingback: Oh, Ternyata Ini Buaya Asli Wakatobi? – Sunarwan Asuhadi
Iyaa sy percaya dengan penemuan masyarakat dengan adanya buaya di kapota karna yg melihat nya lebih dari 1 orang
Saya kurang yakin dengan cerita ini
Saya kurang yakin terhadap cerita ini
Iyah
Spesies buaya muara (Crocodylus porosus) di Wakatobi kemungkinan berasal dari muara sungai di pesisir Selatan Pulau Buton. Buaya ini mungkin meninggalkan habitatnya karena gangguan seperti eksploitasi yang mempengaruhi kenyamanan dan habitat mereka. Migrasi mereka juga dapat dipengaruhi oleh perubahan lingkungan, termasuk hujan deras yang menurunkan salinitas air laut. Untuk mengatasi masalah ini, pengendalian buaya dan manajemen pembangunan yang mempertimbangkan ekosistem lokal sangat diperlukan.