Destinasi Sadar Bencana

Dari 11 persyaratan Wisata Halal, 5 di antaranya terkait dengan kesiapan menciptakan tempat wisata yang Ramah Keluarga, kemudian aman, tersedia jaminan Kehalalan dan banyaknya pilihan makanan serta tersedianya fasilitas sholat.

Dengan penerapan wisata halal ini, maka para turis muslim, tidak lagi kesulitan mendapatkan tempat sholat dan makanan halal di sejumlah negara, seperti Singapura, Thailand, Inggris, Jepang, dan lain sebagainya.

Walaupun demikian, tentu masih banyak kekurangan-kekurangan dari penerapan wisata halal ini, khususnya dari sudut pandang muslim. Misalnya penerapan wisata halal belum sampai pada tingkat meniadakan tempat-tempat berbau kemaksiatan.

Oleh karena itu, penting kiranya di negeri-negeri muslim, mainstream kepariwisataan dapat meningkat levelnya, yakni dari wisata konvensional ke wisata halal, lalu menuju wisata syariah.

Kenapa penerapan dan pengembangan wisata syariah ini penting? Oleh karena pariwisata itu tidak bebas nilai, dan nilai tersebut ditentukan oleh kehendak kebijakan, serta dampaknya tidak jatuh di ‘ruang kosong’.

Teringat kita dengan praktek kota wisata masa lalu, semisal Kota Sodom, Pompeii, dan Baia. Pada masanya, ketiganya dijuluki sebagai kota duniawi. Berbagai tempat perjudian, maksiat, seksual, hingga hiburan merupakan aktivitas yang lazim di kota tersebut.

Saat ini, ketiga kota wisata tersebut tinggal kenangan. Penyebabnya sama, ketiganya hilang terkubur oleh bumi, bahkan ada yang tenggelam di bawah laut, karena amukan bencana.

Dengan demikian, konsep Wisata Syariah selaras dengan firman Allah SWT dalam QS. Ar-Rum[30]:9:

“Dan tidakkah mereka bepergian di bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka (yang mendustakan rasul)?”

Ayat di atas memberikan kita arahan terkait desain wisata. Bahwasanya konsep wisata itu melekat di dalamnya metode pembelajaran, tafakur, dan pengkhimatan kepada penciptaan alam semesta. Sederhananya, konsep wisata syariah mengandung syiar-syiar Islam.

Oleh karena itu, tentu kita sepakat. Negeri kita ini layak untuk menjadi negeri yang dikunjungi oleh warga dari berbagai penjuru bumi. Namun, mereka datang bukan karena alasan negeri kita sebagai negeri perjudian, atau sebagai negeri hiburan kemaksiatan.

Tapi, kita ingin pastikan, jika aneka warga dunia datang ke Wakatobi, datang dengan alasan jika negeri kita ini adalah negeri pulau-pulau yang kaya akan keindahan bawah lautnya, berupa ratusan spesies karangnya, serta kekayaan makanan dan kearifan lokalnya.

Hanya dengan inilah negeri kita akan mewariskan negeri yang barokah, di mana warganya hidup dalam rahmat Allah SWT.

Kita menginginkan negeri wisata yang sadar bencana, di mana warganya memahami bahwa segala kejadian yang menimpa bumi ini, selalu berkaitan dengan sejauh mana ketaatan warganya kepada Allah SWT, baik secara qauliyah maupun kauniyah.

Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Ar Rum ayat 41,

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”

Atau sebagaimana pemahaman Khalifah Umar bin Khaththab yang menghubungkan sebab bencana dengan kejadian kemaksiatan yang terjadi dalam negerinya. Agar terhindar dari laknat Allah Swt, sebagaimana menimpa warga kota wisata masa lalu seperti Kota Sodom, Pompeii, dan Baia. Di mana kota-kota tersebut adalah sarangnya perjudian, miras, LGBT, dan sex bebas.

Akhirnya negeri kita adalah negeri destinasi syariah yang sadar bencana, baik bencana dunia terlebih lagi akhirat. Suatu destinasi yang kebaikan dan kemanfaatan jariahnya akan senantiasa mengalir kepada warganya dan kepada para pengambil kebijakannya, hingga pun mereka telah meninggalkan bumi. Aamiyn. Allahu a’lam bishshawab. []

1 komentar untuk “Destinasi Sadar Bencana”

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *