Knot Amal
Pada 22 Desember 2021, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melalui Jakarta Tropical Cyclone Warning Center (TCWC) telah menyampaikan potensi terjadinya bibit siklon tropis di Indonesia.
Suspek area potensi yang akan berdampak pada kondisi cuaca dan gelombang signifikan, berada di sekitar perbatasan wilayah laut Timor dan Arafura, atau sekitar perairan selatan Kepulauan Tanimbar (Saumlaki).
Salah satu area yang terdampak adalah wilayah Pulau Wangi-Wangi, Wakatobi Sulawesi Tenggara. Pada Kamis (24/12/ 2021) terjadi angin ribut disertai hujan lebat pada 06.00 WITA sekitar 1 jam, dengan kecepatan 25 Knot atau setara dengan 46,3 km/jam.
Berdasarkan kelas kecepatan angin (Beaufort), angin kencang yang terjadi di Pulau Wangi-Wangi, masih terkategori sebagai angin ribut, yakni berkisar 45 – 54 km/jam.
Tentu ini masih jauh di bawah badai yang pernah menimpa Pulau Marshall di dekat Filipina pada tahun 1979, berupa badai Topan Tip dengan kecepatan angin 305 km/jam. Kecepatan ini menenggelamkan kapal dan menyebabkan banyak nelayan meninggal dunia.
Badai TopanTip ini disebut sebagai salah satu badai terhebat sepanjang sejarah bumi.
Adapun skala angin menurut Beaufort adalah sebagai berikut:
Skala 0 (0-1 km/jam): angin reda, tiang asap tegak
Skala 1 (2-6 km/jam): angin sepoi-sepoi, tiang asap miring
Skala 2 (7-12 km/jam): angin lemah, daun bergerak
Skala 3 (13-18 km/jam): angin sedang, ranting bergerak
Skala 4 (19-26 km/jam): angin agak keras, dahan bergerak
Skala 5 (27-35 km/jam): angin keras, batang pohon bergerak
Skala 6 (36-44 km/jam): angin sangat keras, batang pohon besar bergerak
Skala 7 (45-54 km/jam): angin ribut, dahan patah
Skala 8 (55-65 km/jam): angin ribut hebat, pohon kecil patah
Skala 9 (66-77 km/jam): angin badai, pohon besar tumbang
Skala 10 (78-90 km/jam): angin badai hebat, rumah roboh
Skala 11 (91-104 km/jam): angin taufan, benda berat berterbangan
Skala 12 (>105 km/jam): angin taufan hebat, benda beterbangan sejauh beberapa km
Skala-skala kecepatan ini, mengingatkan kita pada titian menuju surga, di mana manusia akan menempuhnya dengan skala kecepatan berdasarkan ‘knot’ amalan-amalan mereka di dunia.
Para ulama mengatakan, titian itu amat halus dan amat tajam serta amat licin sekali.
Menurut Al Fudhail bin ‘Iyadh, titian itu panjangnya 16.000 tahun perjalanan, padanya 5.000 pendakian (naik) dan 5.000 lembah (menurun) dan 5.000 tempat yang datar.
Orang-orang yang baik, yang kebajikannya lebih berat dari kejelekannya akan dapat menempuh titian itu dengan selamat dengan berbagai skala kecepatan menurut amal masing-masing.
Ada yang lambat, ada pula yang lebih cepat dari kilat. Mereka lalu berbondong-bondong masuk ke dalam surga.
Sedangkan orang-orang jahat tidak mungkin dapat melalui titian itu. Mereka jatuh tergelincir, akhirnya berbondong-bondong pula masuk ke dalam neraka.
Setidaknya ada sepuluh skala kecepatan saat melalui titian tersebut. Manusia yang pertama kali menginjakkan kakinya di titian (shirath) adalah Nabi Muhammad SAW, dia akan memimpin kumpulan-kumpulan umatnya dalam menyeberangi titian tersebut.
Kumpulan pertama melintas laksana kilat yang memancar. Disusul kumpulan kedua yang melintas seperti hembusan angin yang kencang. Kemudian kumpulan ketiga yang melintas seperti penunggang kuda yang baik/tercepat. Berikutnya kumpulan keempat yang melintas bak burung terbang yang cepat. Dan kumpulan yang kelima laksana orang berlari.
Selain itu, ada kumpulan keenam yang melintas dengan berjalan. Disusul kumpulan ketujuh yang melintas berdiri dan duduk karena dahaga dan penat yang terasa. Dosa-dosa terpikul di atas belakang mereka.
Kemudian kumpulan kedelapan menarik muka-muka mereka dengan rantai karena terlalu banyak kesalahan dan dosa mereka. Kumpulan ini begitu amat bergantungnya pada pertolongan Nabi Muhammad SAW.
Berikutnya kumpulan kesembilan dan kesepuluh tertinggal di atas titian, mereka tidak diizinkan untuk menyeberang.
Terkait dengan angin kencang dari bibit siklon tropis ini, Sebagian orang mungkin membuat kesimpulan bahwa, kejadian tersebut, adalah peristiwa biasa yang alamiah. Namun, bagi seorang muslim pasti meyakini bahwa, semua peristiwa di muka bumi ini, tak ada yang kebetulan terjadi, tetapi kesemuanya dalam izin dan pengetahuan Allah SWT.
Allah SWT berfirman dalam QS. al-An’aam: 59,
“Tidak ada sehelai daun pun yang gugur yang tidak diketahui-Nya. Tidak ada sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak pula sesuatu yang basah atau yang kering, yang tidak tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).”
Oleh karena itu, jangankan angin kencang yang telah menyebabkan pepohonan bertumbangan, dedaunan dan biji-bijian kering yang jatuh di tengah malam gelap gulita, pasti terjadi atas izin dan pengetahuan Allah SWT.
Maka dari itu, sekecil apapun tanda-tanda alam, termasuk angin kencang yang baru saja terjadi, hendaknya kita dapat mengambil ibrah, bahwasanya sehebat apapun kita manusia, ternyata kita tak memiliki kuasa apapun untuk menghindar dari azab Allah SWT, termasuk kematian, jika tanpa perlindungan dari Allah SWT.
Sesungguhnya di bumi ini terdapat tentara-tentara Allah yang tidak hanya berasal dari golongan malaikat, Nabi dan Rasul serta orang-orang sholeh. Tetapi juga, bala tentara Allah dapat berasal dari berbagai benda di alam raya ini.
Matahari pernah menahan agar tidak terbenam terlebih dahulu untuk membantu salah satu nabi dalam mengalahkan musuh. Dengan demikian, matahari adalah tentara Allah SWT.
Laut, berubah menjadi daratan kering, menyelamatkan Nabi Musa as dan pengikutnya. Laut adalah tentara Allah SWT.
Demikian pula angin, hujan, dan lain sebagainya, sewaktu-waktu dapat menjadi tentara Allah SWT, untuk menjadi penolong manusia ataupun menjadi azab pada manusia, jika manusia berkubang dalam kemaksiatan kepada Allah SWT.
Setiap kemaksiatan, baik besar ataupun kecil, akan menjadikan rusaknya kehidupan kita, hilangnya keberkahan hidup kita, bahkan ketika kemaksiatan itu menjadi tersebar merata, maka dampak kerusakannya juga merata.
Nabi Muhammad SAW telah mengingatkan manusia dalam haditsnya, terkait 5 jenis bencana yang mengancam kaum muslimin.
Dalam Riwayat Ibnu Majah, Rasulullah Saw, bersabda,
“Lima perkara apabila kalian mendapat cobaan dengannya, dan aku berlindung kepada Allah semoga kalian tidak mengalaminya: tidaklah kekejian/perzinahan menyebar di suatu kaum, hingga mereka melakukannya dengan terang-terangan kecuali akan tersebar di tengah mereka penyakit Tha’un dan kelaparan yang belum pernah terjadi terhadap para pendahulu mereka, tidaklah mereka mengurangi timbangan dan takaran kecuali mereka akan disiksa dengan kemarau berkepanjangan dan penguasa yang zhalim, tidaklah mereka enggan membayar zakat harta-harta mereka kecuali langit akan berhenti meneteskan air untuk mereka, kalau bukan karena hewan-hewan ternak niscaya mereka tidak akan beri hujan, tidaklah mereka melanggar perjanjian mereka dengan Allah dan Rasul-Nya, kecuali Allah akan menjadikan musuh mereka (dari kalangan selain mereka) berkuasa atas mereka, lalu musuh tersebut mengambil sebagian apa yang mereka miliki. Dan tidaklah pemimpin-pemimpin mereka enggan menjalankan hukum-hukum Allah dan mereka memilih-milih apa yang diturunkan Allah, kecuali Allah akan menjadikan bencana di antara mereka.”