Community

Keteladanan Umar bin Al-Khathab: Tegas pada Diri, Tegas pada Keluarga

Umar bin Al-Khathab adalah sosok pemimpin yang bukan hanya dikenal karena keberanian dan keadilannya, tetapi juga karena komitmen pribadinya terhadap nilai-nilai kejujuran dan tanggung jawab. Dalam setiap langkah kepemimpinannya, Umar selalu menekankan pentingnya konsistensi antara ucapan dan tindakan. Ia menyadari betul bahwa rakyat bukan hanya mendengar, tetapi juga memperhatikan dan mencontoh perilaku pemimpinnya. Karena itu, Umar tidak segan untuk terlebih dahulu menertibkan diri dan keluarganya sebelum menertibkan rakyatnya.

Sebagai Amirul Mukminin, Umar memegang prinsip bahwa siapa pun yang berada di lingkaran keluarganya harus menjadi teladan, bukan beban bagi umat. Ia tidak ingin keluarganya menikmati privilese atau keuntungan dari posisinya sebagai pemimpin. Bahkan, ia bersumpah akan memberikan hukuman dua kali lipat kepada keluarganya jika melanggar peraturan yang ia buat untuk rakyat. Ketegasan ini menunjukkan bahwa Umar tidak ingin ada celah dalam keadilan, bahkan jika itu menyangkut orang-orang yang paling dekat dengannya.

Keteladanan Umar bin Al-Khathab: Tegas pada Diri, Tegas pada Keluarga Read More »

Baktilah Seperti Abu Bakar, Cintai Ayah Sepenuh Hati

Abu Bakar Ash-Shiddiq bukan hanya sahabat terdekat Nabi Muhammad SAW, tapi juga teladan dalam kasih sayang dan bakti kepada orang tua. Kisah hidupnya menyentuh hati, salah satunya terjadi saat ia melaksanakan umrah pada bulan Rajab, tahun ke-12 Hijriah. Ketika sampai di Makkah, Abu Bakar tak langsung menuju tempat suci atau bersantai—ia justru menuju rumahnya, ingin bertemu sang ayah, Abu Qufahah.

Waktu itu, Abu Qufahah sedang duduk di depan rumah bersama beberapa pemuda. Begitu tahu putranya datang, beliau berdiri. Melihat itu, Abu Bakar langsung meloncat turun dari untanya meski hewan itu belum sempat duduk. Ia bergegas, penuh hormat dan cinta, menyambut ayahnya.

Tak hanya dalam pertemuan biasa, dalam urusan harta pun Abu Bakar menunjukkan betapa ia menjunjung tinggi peran seorang ayah. Suatu hari, seseorang mengadukan pada Abu Bakar—yang saat itu menjabat sebagai khalifah—bahwa ayahnya ingin mengambil semua hartanya. Tapi Abu Bakar tak langsung memihak. Ia berkata lembut kepada sang ayah, bahwa ia hanya berhak mengambil secukupnya. Namun sang ayah membalas, “Bukankah Rasulullah bersabda: ‘Kamu dan hartamu adalah milik ayahmu?'”

Baktilah Seperti Abu Bakar, Cintai Ayah Sepenuh Hati Read More »

Tanpa Kepercayaan Publik, Kebijakan Iklim Tak Akan Pernah Berhasil

Salah satu kesalahan terbesar dalam perumusan kebijakan iklim adalah terlalu fokus pada teknologi dan ekonomi, sementara suara masyarakat justru sering diabaikan. Akibatnya, banyak kebijakan ambisius yang gagal mendapat dukungan publik, dan ini bisa menjadi hambatan serius dalam upaya menghadapi krisis iklim.

Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Vincent de Gooyert dan timnya dari Radboud University Nijmegen mengungkap bahwa kebijakan iklim di Eropa saat ini lebih menekankan pada solusi teknis seperti teknologi penangkap dan penyimpan karbon (CCS), tanpa mempertimbangkan bahwa masyarakat juga perlu merasa dilibatkan dan dipercaya. Padahal, CCS adalah teknologi penting untuk mencapai target iklim, tetapi perkembangannya terhambat karena tidak ada pihak yang benar-benar mau mengambil langkah pertama. Industri meminta subsidi, pemerintah menunggu dukungan publik, dan masyarakat justru ingin industri menunjukkan komitmen lebih dulu. Alhasil, semua pihak saling menunggu dan kebijakan tidak bergerak.

Tanpa Kepercayaan Publik, Kebijakan Iklim Tak Akan Pernah Berhasil Read More »

Kebijakan Politik Pasar di Era Umar bin Khathab

Pasar bukan sekadar tempat jual beli, tapi juga tempat yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Al-Khathab, pengawasan terhadap aktivitas di pasar dilakukan dengan sangat ketat agar semua transaksi berjalan adil dan sesuai aturan Islam.

Umar sangat peduli agar orang-orang yang berjualan dan membeli di pasar tidak melakukan kecurangan. Ia bahkan turun langsung ke pasar membawa cambuk sebagai tanda ia siap menegur siapa saja yang melanggar aturan. Tak hanya itu, Umar juga menunjuk petugas khusus untuk menjaga keadilan di pasar. Mereka bertugas memastikan harga barang wajar dan tidak ada praktik curang.

Salah satu hal yang dilarang keras adalah monopoli. Monopoli terjadi saat pedagang sengaja menimbun barang agar stok di pasar sedikit, sehingga harga bisa mereka tentukan sesuka hati, dan akhirnya yang dirugikan adalah orang miskin, janda, dan anak yatim yang jadi susah membeli kebutuhan pokok. Umar sangat menentang hal ini dan bahkan memperingatkan pedagang agar menjual barang sesuai aturan atau meninggalkan pasar.

Kebijakan Politik Pasar di Era Umar bin Khathab Read More »

Manusia di Balik Titik Balik Global Ketiga

Selama puluhan juta tahun, herbivora besar seperti mastodon, rusa raksasa, dan nenek moyang gajah modern telah menjadi arsitek utama lanskap Bumi. Mereka merumput, merobek tumbuhan, dan membuka jalur yang memengaruhi kehidupan makhluk lain. Menakjubkannya, meskipun kelompok-kelompok ini mengalami kepunahan berulang kali, jaringan ekologis yang mereka bentuk tetap bertahan teguh—hingga sekarang.

Penelitian terbaru mengungkap bahwa hanya dua peristiwa besar dalam 60 juta tahun terakhir yang benar-benar mengguncang komunitas herbivora besar. Yang pertama terjadi sekitar 21 juta tahun lalu ketika terbentuk jembatan darat antara Afrika dan Eurasia, yang memungkinkan terjadinya migrasi besar-besaran antarspesies seperti gajah, babi, rusa, dan badak. Yang kedua terjadi sekitar 10 juta tahun lalu ketika iklim Bumi menjadi lebih kering dan lebih dingin. Perubahan ini memunculkan padang rumput luas, menghilangkan hutan, dan menyebabkan punahnya banyak spesies penghuni hutan. Namun, meski banyak spesies hilang, struktur ekologi komunitas tetap utuh. Spesies baru menggantikan peran lama, menjaga keseimbangan fungsi dalam ekosistem, seperti tim sepak bola yang mengganti pemain tapi tetap memakai formasi yang sama.

Manusia di Balik Titik Balik Global Ketiga Read More »

Kebijakan Umar bin Abdul Aziz Menyelamatkan Negara dari Pejabat yang Buruk

Umar bin Abdul Aziz dikenal sebagai salah satu pemimpin Islam yang paling adil dan visioner dalam sejarah. Beliau bertekad melindungi negara dari bahaya yang ditimbulkan oleh pejabat yang buruk—mereka yang berkhianat, berdusta, memboroskan harta negara, menerima suap dan hadiah, menyalahgunakan kekuasaan, serta bersikap zalim terhadap rakyat. Umar sadar bahwa sumber kerusakan negara bukan hanya dari luar, tapi justru dari para pejabat yang tak amanah. Maka dari itu, ia menutup semua celah yang bisa membawa keburukan dengan kebijakan yang tegas, adil, dan berlandaskan pada syariat Islam.

Keberhasilan Umar bin Abdul Aziz memimpin tak lepas dari kekuasaan yang dijalankan dengan penuh keteguhan dan keikhlasan. Ia tidak hanya memerintah, tapi juga menjadi teladan dalam menegakkan kebenaran pada dirinya sendiri, keluarganya, dan seluruh rakyat. Allah pun menolongnya, seperti yang dijanjikan dalam Al-Qur’an, bahwa siapa pun yang beriman dan berbuat kebajikan akan diberi kekuasaan dan keamanan oleh-Nya. Dan memang terbukti, masa kepemimpinan Umar dipenuhi oleh keadilan dan stabilitas. Bahkan, wilayah kekuasaannya menjadi salah satu yang paling damai dan sulit digoyahkan dalam sejarah kekhalifahan.

Kebijakan Umar bin Abdul Aziz Menyelamatkan Negara dari Pejabat yang Buruk Read More »

Harun ar-Rasyid: Sang Khalifah yang Mengangkat Peradaban ke Puncaknya

Khalifah Harun ar-Rasyid dikenal sebagai salah satu pemimpin paling berpengaruh dalam sejarah Islam. Masa pemerintahannya, yang merupakan bagian dari era Keemasan Islam, membawa kemajuan luar biasa di berbagai bidang seperti ilmu pengetahuan, sastra, hubungan luar negeri, dan kesehatan masyarakat. Salah satu pencapaian besarnya adalah memperbesar dan memperkuat departemen studi ilmiah serta penerjemahan yang telah dirintis oleh kakeknya, Al-Mansur. Di bawah kepemimpinannya, Baghdad menjelma menjadi pusat ilmu pengetahuan dunia. Hal ini terlihat jelas dari pendirian Baitul Hikmah, sebuah institusi cemerlang yang berfungsi sebagai perpustakaan, pusat penelitian, dan lembaga penerjemahan. Di tempat ini, berbagai karya penting dari Yunani, Persia, dan India diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, sehingga memperkaya ilmu pengetahuan dunia Islam dan turut membuka jalan bagi kebangkitan ilmu pengetahuan di Eropa pada masa Renaisans.

Dukungan Harun ar-Rasyid terhadap ilmu pengetahuan tidak hanya datang darinya saja, tetapi juga dari para menterinya dan tokoh-tokoh istana, seperti keluarga Barmak, yang sangat aktif mendorong kegiatan intelektual dan kesenian. Selain itu, Harun ar-Rasyid juga dikenal karena keterkaitannya dengan karya sastra legendaris Seribu Satu Malam, yang berisi kisah-kisah petualangan, cinta, serta anekdot jenaka seperti kisah Abu Nawas. Meskipun isi buku ini sering dianggap mengandung banyak fantasi dan tidak sepenuhnya berdasarkan kenyataan, Seribu Satu Malam tetap menjadi warisan budaya dunia yang sangat penting dan telah diterjemahkan ke berbagai bahasa.

Harun ar-Rasyid: Sang Khalifah yang Mengangkat Peradaban ke Puncaknya Read More »

Cahaya Keemasan dari Timur: Kisah Sultan Sulaiman Al-Qanuni

Sultan Sulaiman Al-Qanuni adalah salah satu tokoh besar dalam sejarah Islam dan dunia. Ia bukan hanya pemimpin besar bagi Kekhalifahan Turki Utsmani, tetapi juga dikenal di Barat sebagai Solomon the Magnificient — Sulaiman yang Agung. Gelar itu bukan diberikan tanpa alasan. Kepemimpinan Sulaiman telah membawa Kekhilafahan Utsmani mencapai masa keemasan, baik dari segi militer, hukum, kebudayaan, maupun tata negara. Nama dan kharismanya dikenal hingga ke berbagai penjuru dunia, dan ia tetap dikenang hingga kini sebagai negarawan Muslim paling gemilang pada zamannya.

Sulaiman memiliki silsilah yang sangat terhormat dalam garis para sultan besar Utsmani. Ia adalah Sulaiman bin Salim (I), bin Bayazid (II), bin Muhammad (II) yang lebih dikenal dengan nama Muhammad Al-Fatih — sang penakluk Konstantinopel — bin Murad (II), bin Muhammad (I), bin Bayazid (I), bin Murad (I), bin Urkhan, bin Utsman, bin Urthugal. Ini berarti Sulaiman adalah cucu dari Sultan Al-Fatih, sosok yang sangat dihormati dalam sejarah Islam karena keberhasilannya menaklukkan jantung Kekaisaran Romawi Timur, yaitu Konstantinopel, yang kini dikenal sebagai Istanbul.

Cahaya Keemasan dari Timur: Kisah Sultan Sulaiman Al-Qanuni Read More »

Berapa Usia Gerontologis Kita?

Kita semua tahu tentang usia kronologis—usia yang dihitung dari tanggal lahir kita. Tapi pernahkah anda mendengar tentang usia gerontologis? Meskipun terdengar ilmiah, sebenarnya ini adalah konsep yang sangat menarik dan relevan bagi kehidupan sehari-hari, terutama saat kita membicarakan penuaan dan kesehatan. Usia gerontologis adalah cara untuk mengukur usia tubuh dan fungsi biologis kita, bukan hanya angka di KTP. Seseorang bisa saja berusia 60 tahun secara kronologis, tetapi tubuhnya bisa berfungsi seperti orang berusia 45 tahun—atau sebaliknya. Itulah yang dimaksud dengan usia gerontologis: seberapa “tua” tubuh anda secara biologis dan fungsional dibandingkan dengan usia sebenarnya.

Istilah ini dipopulerkan antara lain oleh ilmuwan dan penulis medis terkenal asal Rusia-Amerika, Vladimir Korenchevsky, pada awal abad ke-20. Ia adalah salah satu tokoh pionir dalam ilmu gerontologi modern. Korenchevsky tertarik pada gagasan bahwa usia biologis seseorang bisa berbeda dari usia kronologisnya, dan bahwa penuaan adalah proses yang bisa dipelajari, diukur, dan bahkan diperlambat. Konsep usia gerontologis kemudian terus dikembangkan oleh para ahli di bidang biologi penuaan, kesehatan masyarakat, dan ilmu kedokteran.

Berapa Usia Gerontologis Kita? Read More »

Di Sisi Pemimpin Hebat Selalu Ada Para Ulama: Teladan dari Harun ar Rasyid

Kekhalifahan Harun ar-Rasyid sering disebut sebagai masa keemasan Islam. Di balik gemerlap kemajuan ilmu pengetahuan, ekonomi, dan budaya saat itu, ada sekelompok tokoh hebat yang berperan sebagai penasihat dan pendamping utama sang khalifah. Menariknya, para penasihat ini bukanlah bangsawan atau prajurit, melainkan para ulama, cendekiawan, dan pemikir terkemuka yang luar biasa dalam bidangnya. Siapa saja mereka? Mari kita kenali lebih dekat.

Pertama, ada Abu Yusuf Ya’qub bin Ibrahim, seorang hakim agung atau Qadhi al-Qudhat. Ia adalah murid utama dari Imam Abu Hanifah, dan salah satu tokoh besar mazhab Hanafi. Harun ar-Rasyid memintanya untuk menulis buku penting berjudul al-Kharaj, yang membahas sistem pajak dan ekonomi dalam Islam, agar sesuai dengan prinsip syariah dan mencegah kezaliman, tak peduli suku atau agama rakyatnya. Abu Yusuf adalah sosok yang sangat dihormati karena pengetahuannya yang luas dan kemampuannya menjembatani antara hukum Islam dan praktik pemerintahan.

Tokoh kedua adalah Abu Muhammad asy-Syaibani, murid dari Abu Hanifah dan Abu Yusuf, serta penerus pemikiran mazhab Hanafi. Ia dikenal sebagai penulis produktif dan pengembang hukum Islam yang tajam. Ia tidak hanya belajar dari gurunya di Kufah dan Baghdad, tetapi juga pernah berguru kepada Imam Malik di Madinah. Dari sini, ia mendapatkan pandangan baru dalam memahami hadits. Pengalaman lintas mazhab inilah yang membuat pemikirannya luas dan moderat.

Di Sisi Pemimpin Hebat Selalu Ada Para Ulama: Teladan dari Harun ar Rasyid Read More »