
Ramon Barba, seorang ilmuwan asal Filipina yang lahir pada 31 Agustus 1939, mungkin tidak sepopuler selebritas, tetapi jasanya telah menyentuh kehidupan jutaan orang — terutama para petani mangga. Namanya begitu dihormati dalam dunia pertanian karena penemuannya yang membuat pohon mangga bisa berbuah tiga kali setahun, bukan hanya sekali seperti biasanya. Temuan ini bukan hanya revolusioner secara ilmiah, tetapi juga berdampak besar secara ekonomi bagi masyarakat Filipina.
Sejak kecil, Barba sudah menunjukkan bakat dan semangat belajar yang tinggi. Ia merupakan anak bungsu dari empat bersaudara, dan keluarganya sangat menghargai pendidikan. Ayahnya, Juan Madamba Barba, adalah seorang pengacara, sementara ibunya, Lourdes Cabanos, lulusan Universitas Filipina, sama seperti Ramon kelak. Setelah menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 1951 di Sta. Rosa Academy, Barba melanjutkan kuliah di Universitas Filipina Los Baños dan lulus pada tahun 1958 dengan gelar Sarjana Sains di bidang agronomi dan produksi buah. Ketertarikannya pada dunia tanaman terinspirasi dari kakeknya yang bekerja di Biro Tanaman dan Industri serta Dr. L.G. Gonzales, tokoh hortikultura di Filipina.
Setelah lulus, Barba sempat mengajar sebagai instruktur di bidang tanaman buah, namun kemudian memperoleh beasiswa ke University of Georgia, Amerika Serikat. Di sana ia mempelajari cara merangsang pembungaan tanaman menggunakan pupuk yang mengandung asam giberelin dan kalium nitrat. Ia lulus dengan predikat cum laude dan meraih gelar Master di bidang Hortikultura. Ia melanjutkan pendidikan doktoralnya di East-West Center di Hawaii dan meraih gelar Ph.D. pada tahun 1967, dengan spesialisasi fisiologi tanaman tropis.
Kariernya di bidang penelitian semakin berkembang saat ia kembali ke Filipina. Meski sempat keluar dari dunia akademik, Barba kembali diangkat menjadi profesor dan memimpin laboratorium kultur jaringan di Institut Pemuliaan Tanaman. Namun, penemuan terbesarnya terjadi justru ketika ia mencoba menyederhanakan praktik pertanian rakyat.
Di Filipina, pohon mangga umumnya hanya berbuah sekali setahun, dan untuk mempercepat pembungaan, para petani menggunakan asap dalam proses yang disebut “smudging”. Barba merasa metode ini tidak praktis dan mahal. Ia menyarankan menggunakan bahan kimia seperti Etherel, namun banyak pihak menolak idenya. Untungnya, pasangan pemilik Quimara Farms, Jose dan Lita Quimson, memberinya kesempatan untuk melakukan uji coba pada 400 pohon mangga dewasa. Barba mencampur satu kilogram kalium nitrat dengan seratus liter air dan menyemprotkannya ke cabang-cabang pohon. Hasilnya luar biasa — dalam seminggu, tunas bunga mulai muncul.
Ia kemudian mematenkan temuannya, tetapi tidak menarik royalti agar bisa digunakan secara luas oleh petani. Produk pengembangan lanjutannya, “Flush”, mampu mempercepat siklus pertumbuhan dan membuat pohon mangga berbunga lebih cepat. Hasil panen meningkat tiga kali lipat meski ukuran buah sedikit lebih kecil. Hebatnya, pohon-pohon yang disemprot tetap produktif bahkan setelah 30 tahun.
Barba juga melakukan penelitian lain yang tak kalah penting. Ia menciptakan metode kultur jaringan untuk tanaman pisang dan tebu agar bisa memperbanyak bibit yang sehat dalam jumlah besar. Ia bersama timnya juga berhasil mengembangkan teknik mikropropagasi lebih dari 40 jenis tanaman penting, termasuk tanaman buah, hias, tanaman industri, akuarium, dan pohon hutan.
Kontribusi Ramon Barba terhadap industri pertanian sangat luas. Temuannya tidak hanya menguntungkan para petani mangga, tetapi juga menciptakan peluang ekonomi bagi sektor lain seperti produksi pestisida, tenaga panen, hingga perdagangan. Bahkan, teknik yang dikembangkannya kemudian diterapkan pula pada tanaman lain seperti jambu mete.
Sebagai penghargaan atas jasa-jasanya, pada tahun 2013 Barba dianugerahi gelar Ilmuwan Nasional oleh pemerintah Filipina atas prestasinya dalam bidang fisiologi tanaman, khususnya induksi pembungaan mangga dan mikropropagasi berbagai spesies tanaman penting. Sebelumnya, ia telah menerima berbagai penghargaan seperti anggota Akademi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Filipina sejak 2004, serta penghargaan Ten Outstanding Young Men (TOYM) di bidang pertanian pada tahun 1974.
Ramon Barba telah membuktikan bahwa ilmu pengetahuan yang sederhana tetapi aplikatif bisa menjadi solusi besar bagi kebutuhan masyarakat. Dedikasinya dalam mencari jalan praktis, murah, dan berdampak luas menjadikan namanya abadi sebagai pelopor perubahan di dunia pertanian tropis.[]