Manusia telah mengandalkan tembaga sejak zaman prasejarah karena tingginya konduktivitas, kelenturan, dan konduktivitas listriknya. Pada tahun 2021, produksi tembaga global mencapai 21,0 juta ton. Chile adalah produsen terbesar dengan kontribusi 5,6 juta ton atau 27% dari total produksi dunia. China mengikuti dengan produksi sebesar 1,8 juta ton.
Teknologi hijau seperti kendaraan listrik dan panel surya membutuhkan tembaga; oleh karena itu permintaan terhadap logam merah ini meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Chile memiliki dua tambang terbesar di dunia, Escondida dan Collahuasi. Selain menjadi produsen besar, China juga merupakan konsumen terbesar tembaga yang dimurnikan di dunia dengan konsumsi mencapai 54%.
Negara lain seperti Peru dan Amerika Serikat juga berkontribusi signifikan dalam produksi tembaga global. Sebagian besar tembaga yang diproduksi di Amerika Serikat berasal dari deposit di Arizona, Utah, New Mexico, Nevada, dan Montana.
Sebagai perbandingan visual, Burj Khalifa yang merupakan bangunan tertinggi di dunia dengan ketinggian 830 m digunakan untuk menggambarkan skala produksi bahan bakar fosil ini.
Dalam konteks pengurangan emisi karbon dan pemanasan global, data ini menjadi sangat relevan. Kita ditantang untuk mencari alternatif energi yang lebih bersih dan berkelanjutan agar dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Your point of view caught my eye and was very interesting. Thanks. I have a question for you.