Jika dua kupu-kupu dengan kromosom berbeda kawin, keturunannya tidak bisa menghasilkan telur atau sperma. Artinya, mereka akan mandul. Untuk mencegah ini, alam “membekali” mereka dengan feromon sebagai alat seleksi alami.
Dengan mencium bau feromon, kupu-kupu bisa tahu apakah calon pasangannya cocok secara genetik. Ini adalah mekanisme evolusi yang sangat canggih!
Peran Besar Genetik dalam Konservasi
Kini, dengan peta DNA yang lebih akurat, para peneliti bisa memahami mengapa spesies ini bisa berevolusi begitu cepat. Mereka juga bisa melacak bagaimana spesies beradaptasi dengan lingkungan seperti ketinggian atau jenis tanaman inang.
Hal ini punya dampak besar bagi pelestarian satwa. Karena itu, penelitian ini membuka peluang baru dalam upaya menjaga keanekaragaman hayati.
Penelitian ini juga bisa diterapkan dalam bidang lain. Misalnya, pertanian dan pengendalian hama. Dengan memahami bagaimana serangga cepat beradaptasi, ilmuwan bisa mengembangkan cara baru yang ramah lingkungan untuk menangani hama tanaman.