Selama ini orang mengira otot sayap lebah hanya digunakan untuk terbang. Namun, menurut Dr. Charlie Woodrow dari Universitas Uppsala, otot ini sebenarnya juga dimanfaatkan lebah untuk aktivitas lain seperti komunikasi, pertahanan diri, dan penyerbukan dengan metode “buzz pollination”. Dalam metode ini, lebah akan melilit tubuhnya di sekitar bagian bunga yang menyembunyikan serbuk sari, lalu menggetarkan tubuhnya ratusan kali per detik untuk melepaskan serbuk sari tersebut.
Menurut Dr. Woodrow, penting untuk memahami bagaimana variasi getaran tersebut memengaruhi proses pelepasan serbuk sari agar kita dapat mengetahui lebih dalam cara kerja reproduksi tanaman dan perilaku lebah sebagai penyerbuk. Ia dan timnya pun meneliti bagaimana getaran non-penerbangan ini bervariasi antar spesies lebah, sekaligus faktor lingkungan yang mempengaruhi kekuatan dengungan tersebut.
Eksperimen dilakukan menggunakan koloni lebah Bombus terrestris atau lebah ekor-gemuk, spesies yang banyak ditemukan di Eropa. Dengan alat pengukur percepatan, tim Dr. Woodrow dapat merekam frekuensi getaran yang dihasilkan lebah. Mereka hanya perlu menempelkan alat tersebut ke bagian dada lebah atau bunga yang sedang dikunjungi lebah, lalu alat akan merekam getaran secara langsung di lapangan.