Ketika Rasulullah menanyakan perasaan sang ibu terhadap Alqamah, ia tidak langsung menjawab. Akhirnya, dengan suara pelan dan mata berkaca-kaca, sang ibu mengaku bahwa ia masih menyimpan luka di hati akibat sikap Alqamah yang lebih mementingkan istrinya daripada dirinya. Luka batin itulah yang membuatnya belum sepenuhnya meridhoi Alqamah.
Rasulullah SAW kemudian berkata kepada sang ibu dengan penuh ketegasan bahwa semua amal ibadah Alqamah seperti shalat, puasa, dan sedekah tidak akan memberikan manfaat apa pun selama sang ibu masih murka kepadanya. Bahkan, beliau mengancam bahwa jika sang ibu tetap tidak meridhoi anaknya, Rasulullah sendiri akan memerintahkan untuk membakar tubuh Alqamah sebagai hukuman.
Ucapan Rasulullah itu mengguncang hati sang ibu. Ia yang awalnya masih menyimpan kekecewaan akhirnya luluh. Dengan air mata yang mengalir di pipinya, sang ibu berkata, “Aku ridho kepada anakku, Alqamah.” Ia benar-benar memaafkan semua kesalahan anaknya dengan penuh keikhlasan.
Keajaiban pun terjadi tak lama setelah sang ibu meridhoi Alqamah. Lidah Alqamah yang sebelumnya kelu kini menjadi ringan. Ia mampu mengucapkan kalimat tauhid, Lā ilāha illallāh, dengan jelas dan lancar. Orang-orang di sekitarnya menangis haru menyaksikan kejadian tersebut.