
Alqamah dikenal sebagai seorang anak yang sangat berbakti kepada ibunya sejak kecil. Ia selalu menuruti semua perintah sang ibu dan menghormatinya dengan penuh kasih sayang. Namun, kebiasaan baik itu mulai berubah setelah Alqamah menikah. Istrinya kini menjadi prioritas utama dalam hidupnya, menggantikan posisi ibunya. Meski tidak pernah mengungkapkan secara langsung, hati sang ibu merasa tersakiti oleh perubahan sikap anaknya.
Suatu ketika, Alqamah jatuh sakit. Penyakitnya cukup parah hingga membuatnya terbaring lemah dan sulit berbicara. Keluarganya yang cemas kemudian memanggil Rasulullah SAW untuk menengok keadaannya. Rasulullah datang dengan harapan bisa membantu Alqamah mengucapkan kalimat tauhid di akhir hayatnya. Namun, sesuatu yang ganjil terjadi. Lidah Alqamah seolah terkunci. Ia tidak mampu mengucapkan kalimat Lā ilāha illallāh meski Rasulullah membimbingnya langsung.
Rasulullah SAW merasa heran dengan kondisi Alqamah. Beliau lalu bertanya kepada orang-orang di sekitarnya, “Apakah ibunya masih hidup?” Setelah mengetahui bahwa ibunda Alqamah masih ada, Rasulullah memintanya untuk segera datang menemui beliau. Sang ibu pun datang dengan wajah sedih namun penuh keikhlasan.