Henri Becquerel, Penemu Radioaktivitas yang Mengubah Dunia

 

 

Setiap kali kita membicarakan radioaktivitas, nama Henri Becquerel pasti terlintas di benak. Dialah sosok ilmuwan yang pertama kali menemukan fenomena radioaktivitas, penemuan yang pada akhirnya membuatnya dianugerahi Hadiah Nobel Fisika pada tahun 1903 bersama Pierre dan Marie Curie. Penemuan ini menjadi tonggak penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang fisika dan kedokteran.

Henri Becquerel lahir di Paris pada 15 Desember 1852. Ia berasal dari keluarga ilmuwan terkemuka. Ayahnya, Alexander Edmond Becquerel, adalah seorang profesor fisika terapan di École Polytechnique di Paris yang meneliti radiasi matahari dan fosforesensi. Sejak muda, Henri menunjukkan minat besar pada ilmu pengetahuan. Ia masuk École Polytechnique pada tahun 1872 dan kelak menjadi profesor fisika terapan di institusi tersebut.

Awalnya, setelah meraih gelar sarjana, Becquerel meniti karier sebagai insinyur. Ia bekerja di Departemen Jembatan dan Jalan Raya hingga akhirnya diangkat sebagai kepala insinyur pada tahun 1894. Meskipun sibuk bekerja, ia tetap melanjutkan pendidikannya dan berhasil meraih gelar doktor di bidang ilmu pengetahuan dari Fakultas Sains Paris pada tahun 1888. Setahun kemudian, ia terpilih menjadi anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Prancis. Becquerel menikah dengan Louise Désirée Lorieux pada tahun 1890 dan dikaruniai seorang putra bernama Jean yang juga mengikuti jejaknya sebagai fisikawan.

Minat Becquerel pada radioaktivitas bermula dari keinginannya meneliti hubungan antara sinar-X dan fosforesensi alami. Ia mewarisi persediaan garam uranium dari ayahnya, yang diketahui dapat berpendar jika terkena cahaya. Dalam percobaannya, Becquerel meletakkan garam uranium tersebut di dekat pelat fotografi yang dilapisi kertas buram. Ternyata pelat itu menjadi buram tanpa paparan cahaya matahari. Hal ini menunjukkan bahwa uranium memancarkan sinar secara spontan.

Becquerel kemudian membuktikan bahwa sinar tersebut berasal dari atom uranium itu sendiri, bukan akibat fosforesensi biasa. Ia juga menemukan bahwa sinar ini mampu mengionisasi gas dan dapat dibelokkan oleh medan listrik atau magnet, berbeda dengan sinar-X. Penemuan ini menjadi dasar lahirnya konsep radioaktivitas. Pada tahun 1899, Becquerel memperlihatkan bahwa partikel beta, salah satu bentuk radiasi yang dipancarkan uranium, sejatinya adalah elektron berkecepatan tinggi yang keluar dari inti atom.

Selama meneliti batuan radioaktif, Becquerel sering mengalami luka bakar pada kulitnya. Pengalaman inilah yang kemudian membuka jalan bagi pemanfaatan radioaktivitas dalam dunia medis, khususnya untuk terapi kanker. Untuk menghormati jasanya, satuan radioaktivitas dinamakan becquerel (Bq).

Selain dikenal atas penemuan radioaktivitas, Becquerel juga menulis berbagai penelitian tentang sifat fisik kobalt, nikel, dan ozon. Ia mengkaji cara kristal menyerap cahaya dan meneliti polarisasi cahaya. Karya-karyanya banyak dipublikasikan di Annales de Physique et de Chimie serta Comptes Rendus de l’Académie des Sciences. Becquerel juga dihormati di berbagai lembaga ilmiah bergengsi seperti Akademi Ilmu Pengetahuan Prancis, Accademia dei Lincei, dan Royal Academy of Berlin. Ia menerima berbagai penghargaan, termasuk gelar Officer of the Legion of Honor.

Henri Becquerel menghembuskan napas terakhir pada 25 Agustus 1908 di Le Croisic, Brittany, Prancis. Warisannya di dunia sains terus hidup hingga kini, membawa manfaat besar bagi kemajuan teknologi dan kesehatan.[]

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *