Mengapa Gunung Api Tiba-Tiba Meletus Tanpa Tanda?

Beberapa gunung api bisa meletus secara tiba-tiba tanpa memberikan tanda-tanda yang jelas sebelumnya. Fenomena ini tentu sangat berbahaya, apalagi jika gunung tersebut berada dekat dengan pemukiman atau jalur penerbangan. Salah satu contohnya adalah Gunung Veniaminof di Alaska. Meskipun sudah dipantau ketat, gunung ini tetap bisa meletus tanpa diduga. Baru-baru ini, para ilmuwan dari University of Illinois mengembangkan sebuah model ilmiah untuk memahami bagaimana letusan yang diam-diam ini bisa terjadi, dan hasilnya membuka banyak wawasan baru.

Biasanya, tanda-tanda gunung akan meletus bisa dikenali dari gempa bumi kecil atau perubahan permukaan tanah akibat magma dan gas yang naik ke atas. Tapi pada kasus seperti Veniaminof, tanda-tanda ini sangat minim atau bahkan tidak ada sama sekali. Peneliti utama, Dr. Yuyu Li, menjelaskan bahwa faktor-faktor seperti aliran magma yang lambat, ruang magma yang kecil, serta batuan di sekitar ruang magma yang hangat, bisa membuat letusan tampak “sembunyi”. Mereka menyebut fenomena ini sebagai stealth eruption atau letusan diam-diam.

Gunung Veniaminof adalah gunung berselimut es yang terletak di Busur Aleutian, Alaska. Meskipun dikenal aktif, dari 13 letusan sejak 1993, hanya dua yang terdeteksi sebelum benar-benar terjadi. Bahkan letusan pada tahun 2021 baru diketahui tiga hari setelah dimulai. Melalui pemodelan berdasarkan data pemantauan tiga musim panas sebelum letusan besar tahun 2018, tim peneliti membuat simulasi tentang perilaku magma di dalam ruang bawah tanah gunung. Mereka mencoba berbagai skenario dengan ukuran ruang magma yang berbeda, tingkat aliran magma, dan bentuk ruang yang beragam.

Hasil dari model tersebut menunjukkan bahwa ketika aliran magma masuk ke ruang kecil secara perlahan, maka kemungkinan besar letusannya tidak akan memberi tanda apa-apa terlebih dahulu. Hal ini berbeda jika aliran magma deras dan ruangnya besar—meski letusan mungkin tidak terjadi, tetapi deformasi tanah akan terlihat dan bisa dijadikan peringatan. Tapi dalam kondisi diam-diam seperti Veniaminof, deformasi tanah dan gempa sangat kecil sehingga sulit terdeteksi.

Yang mengejutkan lagi, ketika faktor suhu dimasukkan ke dalam model, hasilnya semakin jelas: jika batuan ruang magma tetap hangat karena selalu dialiri magma dalam jangka waktu lama, maka tanah di sekitarnya menjadi lebih lentur dan tidak mudah retak. Akibatnya, sinyal seperti gempa dan perubahan bentuk tanah pun nyaris tidak ada. Dengan kata lain, kehangatan batuan membuat letusan makin tersembunyi.

Untuk mengatasi bahaya dari letusan seperti ini, para ilmuwan menyarankan agar sistem pemantauan ditingkatkan dengan alat presisi tinggi seperti tilt meter bawah tanah, strainmeter, serat optik, hingga pemantauan gas dan suara bawah tanah (infrasound). Teknologi kecerdasan buatan juga dianggap punya potensi besar dalam mengenali perubahan kecil dalam perilaku gunung api yang sulit dideteksi oleh manusia secara langsung.

Di masa depan, pendekatan seperti ini akan membantu kita untuk lebih siap menghadapi ancaman dari gunung-gunung api diam-diam. Terutama yang punya ruang magma kecil, dalam, dan hangat dengan aliran magma yang lambat — inilah gunung-gunung yang patut diawasi lebih ketat demi keselamatan banyak orang.[]

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *