
Selama ini, para ilmuwan telah lama mempelajari arus laut besar yang terlihat jelas, tetapi arus kecil di bawahnya — yang disebut pusaran submesoskal — sering kali luput dari pengamatan. Ukurannya yang hanya beberapa kilometer hingga sekitar 100 kilometer membuatnya sulit dideteksi. Namun kini, dengan bantuan satelit terbaru bernama SWOT (Surface Water and Ocean Topography), misteri arus-arus laut kecil ini mulai terungkap. Data dari satelit ini menunjukkan bahwa arus kecil tersebut jauh lebih kuat dari yang pernah dibayangkan sebelumnya.
Pusaran laut atau eddy bisa dibayangkan seperti pusaran air kecil di belakang batu di sungai, hanya saja ukurannya jauh lebih besar dan kompleks. Di laut, pusaran ini dapat membawa panas, energi, dan nutrisi ke seluruh dunia — peran penting yang berpengaruh besar terhadap iklim, cuaca, dan kehidupan laut. Namun, perhatian selama ini lebih banyak tertuju pada pusaran besar, sedangkan pusaran kecil justru merupakan “potongan puzzle” yang hilang dalam pemahaman sistem laut dunia.
Penelitian yang dipimpin oleh Profesor Jinbo Wang dari Departemen Oseanografi Universitas Texas A&M, bekerja sama dengan NASA, CNES (lembaga antariksa Prancis), dan Caltech, berhasil memberikan gambaran yang belum pernah ada sebelumnya tentang pusaran submesoskal. Satelit SWOT menggunakan teknologi radar canggih yang mampu mengukur tinggi permukaan laut dengan ketelitian hingga milimeter. Dengan alat ini, pola pusaran dan gelombang internal laut bisa terlihat jelas dari luar angkasa — sesuatu yang sebelumnya tidak mungkin dilakukan.
Penemuan ini membawa kejutan besar. Ternyata, arus-arus kecil ini membawa energi dalam jumlah besar dan berperan penting dalam mengatur distribusi panas antara permukaan dan bagian laut yang lebih dalam. Ini artinya, mereka juga berpengaruh terhadap ekosistem laut, pembentukan badai, hingga fenomena cuaca besar seperti El Niño dan La Niña. Arus kecil ini bukan sekadar fitur laut biasa — mereka terkait langsung dengan sistem iklim yang memengaruhi kehidupan kita semua.
Sebelum peluncuran SWOT, banyak ilmuwan — termasuk Wang sendiri — tidak yakin bahwa satelit ini cukup sensitif untuk menangkap perubahan kecil di permukaan laut. Tapi hasilnya jauh melampaui harapan, bahkan empat kali lebih baik dari perkiraan awal. Temuan ini memperlihatkan betapa aktifnya gerakan laut kecil dalam mencampur air hangat dan dingin serta menyebarkan energi ke seluruh samudra. Dampaknya terasa langsung pada pola sirkulasi laut, cuaca global, dan tentu saja, prediksi iklim.
Keberhasilan ini bukan terjadi dalam semalam. Misi SWOT merupakan hasil kerja sama internasional selama lebih dari 20 tahun, dengan biaya sekitar satu miliar dolar. Banyak ilmuwan yang dulu merancang misi ini bahkan telah pensiun, namun warisan keilmuan mereka terus berlanjut. Universitas Texas A&M sendiri telah lama berinvestasi untuk mengembangkan riset satelit oseanografi dan iklim, termasuk dengan merekrut Wang sebagai bagian dari strategi jangka panjang mereka.
Kini, Wang juga memimpin kelompok kerja NASA yang fokus pada pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) dan pembelajaran mesin untuk menganalisis data satelit yang terus berkembang. Tujuannya, agar misi-misi satelit ke depan bisa lebih efisien dan tepat sasaran.
Penelitian ini menjadi pengingat bahwa lautan masih menyimpan banyak rahasia. Dan dengan teknologi baru seperti SWOT, kita akhirnya punya “mata” untuk melihat apa yang selama ini tersembunyi di depan mata. Penelitian penting ini telah dipublikasikan dalam jurnal ilmiah bergengsi Nature pada edisi 17 April 2024, dan menjadi artikel utama yang tampil di sampul depan. Artikel ini menunjukkan betapa pentingnya kolaborasi ilmiah jangka panjang dalam mengungkap aspek tersembunyi dari sistem Bumi.[]