
Pada suatu hari, Khalifah Umar bin Abdul Aziz berdiri di hadapan orang-orang dan menyampaikan khutbah yang singkat, tetapi sarat makna. Ia tidak berbicara panjang lebar atau membicarakan rencana-rencana besar pemerintahan. Ia justru memusatkan perhatian pada satu hal yang sering dilupakan: akhirat. Dalam khutbahnya, ia mengatakan bahwa ia mengumpulkan mereka bukan untuk sebuah urusan duniawi, melainkan karena ia merenungkan tentang tempat kembali setiap manusia. Menurutnya, orang yang hanya percaya pada kehidupan setelah mati namun tidak mempersiapkan diri sama saja dengan orang bodoh. Sementara orang yang tidak mempercayainya sama sekali adalah orang yang akan binasa.
Ucapan itu begitu kuat karena menyentuh inti dari kehidupan manusia: bahwa semua yang hidup pasti akan mati dan akan dihadapkan pada pertanggungjawaban atas hidupnya. Umar bin Abdul Aziz menekankan bahwa kehidupan dunia hanyalah sementara. Yang abadi bukanlah harta, jabatan, atau kesenangan duniawi, melainkan tempat kembali kita setelah mati. Ia menggambarkan manusia sebagai makhluk yang diciptakan untuk hidup selamanya, tetapi berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya, dari dunia ke alam kubur, lalu ke akhirat.
Dalam khutbah lainnya, Umar juga mengingatkan agar manusia tidak terbuai oleh kenyamanan dunia. Dunia, katanya, tampak tenang dan menyenangkan, tapi tak lama kemudian kita pasti akan meninggalkannya. Maka dari itu, ia mengajak orang-orang untuk segera mempersiapkan diri. Sebab jika tidak, hati manusia bisa menjadi keras, sulit menerima kebenaran, dan akan menyesal di akhirat kelak. Umar bahkan mengibaratkan orang-orang seperti ini sebagai kaum yang diajak menuju keberuntungan, namun justru menolak karena terlalu nyaman dengan dunia.
Pesan Umar bin Abdul Aziz sangat jelas: iman kepada akhirat tidak cukup hanya diucapkan. Harus ada tindakan nyata, berupa persiapan diri melalui amal baik, kejujuran, dan kepedulian terhadap sesama. Ia ingin agar umat manusia sadar, bahwa hidup ini bukan hanya soal makan, bekerja, atau bersenang-senang. Ada hari perhitungan yang sedang menanti, dan hanya mereka yang siaplah yang akan beruntung.
Sepanjang hidupnya, Umar bin Abdul Aziz dikenal sebagai pemimpin yang zuhud, sederhana, dan selalu mengingatkan umat kepada Allah serta akhirat. Khutbah dan nasihatnya bukan hanya kata-kata, tetapi cerminan dari hidup yang ia jalani. Ia mengajak manusia untuk tidak lengah, untuk tidak menunda-nunda kebaikan, dan untuk tidak membiarkan kesenangan dunia menghilangkan rasa takut kepada hari pembalasan.[]