
Sebuah desa kecil bernama Acciaroli di wilayah Cilento-Salerno, Italia selatan, telah menjadi perhatian dunia ilmiah karena jumlah penduduknya yang luar biasa banyak yang berusia lebih dari 100 tahun dan tetap sehat secara fisik maupun mental. Studi selama satu dekade yang dinamai Cilento Initiative on Aging Outcomes (CIAO) telah mengungkap sejumlah faktor yang diyakini berperan besar dalam umur panjang para centenarian—sebutan bagi mereka yang berusia lebih dari seabad—yang tinggal di wilayah ini. Penelitian ini dimulai sejak tahun 2015 dan disimpulkan dalam sebuah simposium ilmiah yang berlangsung pada 22-23 Mei 2025. Dalam simposium tersebut, para ilmuwan dari seluruh dunia berkumpul untuk membedah hasil studi ini yang luar biasa.
Hasil studi menunjukkan bahwa pola makan dan gaya hidup merupakan dua faktor utama yang paling konsisten dikaitkan dengan umur panjang. Hampir 90% centenarian di wilayah ini menjalani pola makan Mediterania, yaitu makanan yang kaya akan buah dan sayuran segar, biji-bijian utuh, kacang-kacangan, minyak zaitun, serta konsumsi daging merah dalam jumlah sangat terbatas. Menurut Dr. Salvatore di Somma, peneliti utama dari Italia dalam studi ini dan pendiri Great Health Science, diet Mediterania bukan sekadar menu makanan, tetapi merupakan cara hidup yang memberikan dampak kesehatan yang nyata dalam jangka pendek maupun panjang. Dalam salah satu percobaan, hanya dalam enam hari setelah mengganti pola makan Eropa Utara dengan diet Mediterania, peserta studi mengalami peningkatan senyawa metabolit yang terkait dengan penurunan risiko diabetes tipe 2 dan penyakit jantung, serta penurunan biomarker yang berkaitan dengan konsumsi daging merah.
Selain pola makan, gaya hidup para centenarian ini juga menunjukkan konsistensi luar biasa. Mereka secara rutin aktif secara fisik dan memiliki hubungan sosial yang erat dengan keluarga dan komunitas. Dr. Paola Antonini, kepala medis dan ilmiah di Great Health Science, menjelaskan bahwa banyak dari mereka tetap memiliki fungsi kognitif yang tajam, stabil secara emosional, serta memiliki daya tahan terhadap penyakit neurodegeneratif seperti Alzheimer dan Parkinson. Mereka juga cenderung memiliki tingkat optimisme yang tinggi, kepribadian yang stabil, serta tujuan hidup yang jelas.
Penelitian CIAO juga menggali aspek biologis dengan teknologi canggih seperti epigenomik, metabolomik, dan analisis multi-omics. Salah satu temuan penting adalah bahwa sistem kekebalan tubuh para centenarian menunjukkan respons yang terkoordinasi dengan baik terhadap ancaman kesehatan. Peneliti dari UC San Diego, Dr. Allen Wang, menekankan pentingnya membaca tanda-tanda epigenetik untuk memahami bagaimana faktor lingkungan sepanjang hidup, termasuk diet dan gaya hidup, membentuk kesehatan di usia tua. Dalam analisis awal, ditemukan bahwa sel-sel imun seperti T-cell dan makrofag dari para centenarian memiliki regulasi sitokin yang efisien dan komunikasi yang aktif antar sel, sesuatu yang penting dalam mencegah peradangan kronis.
Studi ini juga menunjukkan bahwa secara biologis, para centenarian ini lebih muda dari usia kronologis mereka. Dengan menganalisis lebih dari 32.000 metabolit dari darah 128 centenarian dan 50 orang kontrol, para ilmuwan menemukan bahwa secara rata-rata, usia biologis para centenarian delapan tahun lebih muda dari usia mereka yang sebenarnya. Hal ini menunjukkan kemampuan tubuh mereka dalam menjaga kesehatan sel dan organ lebih baik dibandingkan kebanyakan orang lain seusia mereka. Meski demikian, penelitian juga mencatat bahwa para centenarian ini memiliki kadar penanda peradangan yang tinggi, yang biasanya merupakan faktor risiko penyakit. Namun, tampaknya tubuh mereka juga menghasilkan zat anti-peradangan dalam jumlah tinggi yang menetralkan dampak negatif dari peradangan tersebut.
Aspek penting lainnya adalah sirkulasi darah mikro yang tetap baik pada usia tua. Para centenarian dari Cilento menunjukkan sirkulasi darah yang efisien, setara dengan orang yang usianya 30 tahun lebih muda. Kadar hormon bio-ADM (adrenomedulin) dalam darah mereka juga rendah, suatu indikator kesehatan pembuluh darah yang baik. Penelitian lanjutan bahkan mengindikasikan bahwa enzim PAM (dipeptidyl alpha amidating monooxygenase) bisa digunakan untuk meningkatkan kadar bio-ADM dan memperbaiki fungsi pembuluh darah, termasuk pada otak.
Efek positif dari pola hidup ini juga mulai diuji di tempat lain. Di Australia, seorang dokter bernama Robert Hetzel melakukan studi kecil terhadap 23 pasien berusia 55–79 tahun. Mereka diminta mengikuti lima kebiasaan sehat selama tiga tahun, yaitu mengadopsi diet Mediterania, olahraga setiap hari, tidur cukup, aktivitas kreatif yang menstimulasi otak, dan memperkuat hubungan sosial. Hasilnya memang belum konklusif karena jumlah peserta yang kecil, tetapi banyak dari mereka melaporkan penurunan berat badan, peningkatan kesehatan, dan suasana hati yang lebih baik.
Penelitian CIAO yang dipublikasikan oleh Sanford Burnham Prebys pada tanggal 11 Juni 2025 ini merupakan langkah besar dalam memahami rahasia umur panjang. Para peneliti kini berupaya menyatukan seluruh data biologis dan sosial yang telah dikumpulkan dengan bantuan kecerdasan buatan untuk menemukan formula baru dalam memperpanjang usia sehat manusia. Jika rahasia umur panjang benar-benar tersembunyi di darah, otak, dan minyak zaitun masyarakat Acciaroli, maka dunia punya banyak hal untuk dipelajari dari desa kecil ini.[]