
Bayangkan dunia tanpa metode ilmiah. Tanpa eksperimen, tanpa data, dan hanya mengandalkan logika atau keyakinan lama. Itulah kondisi ilmu pengetahuan sebelum munculnya Francis Bacon — seorang pemikir brilian asal Inggris yang hidup di akhir abad ke-16 dan awal abad ke-17.
Lahir di London tahun 1561, Bacon berasal dari keluarga terpandang. Ayahnya adalah pejabat tinggi kerajaan, dan ibunya seorang cendekiawan religius. Dari usia muda, Bacon telah menunjukkan kecerdasannya. Ia belajar di Cambridge sejak usia 12 tahun, tapi justru di sanalah ia mulai mempertanyakan dominasi pemikiran filsafat Aristoteles yang begitu diagung-agungkan oleh para akademisi.
Alih-alih menerima pemikiran lama secara buta, Bacon menuntut sesuatu yang lebih nyata: pembuktian melalui pengalaman dan eksperimen. Ia merasa frustrasi melihat bahwa meski teknologi seperti kompas, mesiu, dan mesin cetak telah mengubah dunia, pemahaman ilmiah manusia tak kunjung berkembang. Bacon yakin bahwa kunci kemajuan adalah observasi dan eksperimen — bukan spekulasi logis semata.