Kobalt adalah elemen penting yang digunakan dalam berbagai teknologi, mulai dari baterai kendaraan listrik hingga perangkat portabel seperti smartphone dan laptop. Permintaan terhadap logam ini diperkirakan akan meningkat dua kali lipat pada tahun 2030.
Pada tahun 2022, Indonesia menjadi produsen kobalt terbesar kedua di dunia dengan produksi sebesar 9.454 ton, mengungguli Australia dan Filipina. Sektor kendaraan listrik (EV) sendiri menyumbang sekitar 40% dari total pasar kobalt.
Namun, produksi kobalt tidak lepas dari tantangan. Di Republik Demokratik Kongo (DRC), produsen kobalt terbesar di dunia dengan produksi 145kt, sebagian besar kobaltnya ditambang oleh pekerja anak. Hal ini menimbulkan masalah etis yang serius.
Indonesia memiliki potensi besar untuk memperluas produksinya dan mendominasi pasar global jika dapat mengatasi tantangan lingkungan dan sosial yang mungkin muncul. Dengan peningkatan permintaan dan tantangan etis yang dihadapi oleh produsen terbesar saat ini, peluang bagi Indonesia untuk memimpin pasar kobalt global semakin terbuka.