Bu Oce dan Wakatobi Sea Bamboo

-In Memoriam Bu Oce Astuti, Ahli Budidaya Perairan Asal Wakatobi-

Seakan tak percaya mendengar kabar kepergiannya. Saat saya sedang mengikuti salah satu acara sosialisasi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) via daring, tiba-tiba pesan beruntun di beberapa grup WhatsApp mengabarkan duka cita kepergian beliau, Oce Astuti, S.Pi., M.Si. Saat ini beliau masih tercatat sebagai Wakil Dekan Bidang Umum, Perencanaan dan Keuangan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-FPIK Universitas Halu Oleo (UHO) (https://www.uho.ac.id/fakultas/fpik/profil-2/struktur-organisasi/senat/).

Saya kaget mendapatkan kabar duka ini, tak terbayang jika beliau memiliki penyakit berat, ditambah lagi bawaan beliau selalu terkesan ceria. Tapi, begitulah hidup, hari esok adalah ghaib, kita tak bisa menebak apapun dengan pasti.

Beliau dikenal sebagai pribadi yang lincah, ceria, dan sederhana. Beberapa kali tim kami (dari LPTK) difasilitasi untuk berdiskusi dengan Dr. La Sara, M.Sc (Dekan FPIK UHO), ketika mengkonsultasikan kerjasama riset dan perekayasaan.

Beliau lahir di Kaledupa, salah satu pulau utama di Kabupaten Wakatobi pada 15 Mei 1976. Di kampus FPIK UHO, beliau mengampu mata kuliah: Dasar-Dasar Akuakultur, Pengembangan Industri Akuakultur, Manajemen Akuakultur Tawar, Manajemen Akuakultur Payau, dan Manajemen Tata Lingkungan Akuakultur. Pada 2016, beliau meraih Dosen Berprestasi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Halu Oleo, melalui SK Rektor UHO No:1090/UN.29/SK/KP/2016 (https://www.uho.ac.id/fakultas/fpik/wp-content/uploads/sites/2/2016/01/CV-Oce-Astuti-Copy.docx).

Saya mengenalnya sepintas di Bogor sejak tahun 2005, saat beliau kuliah di Institut Pertanian Bogor (IPB) mengambil Program Magister. Setelah 11 tahun kemudian, tepatnya tahun 2016, saya dan teman-teman di Loka Perekayasaan Teknologi Kelautan (LPTK), Wakatobi intens berinteraksi dengan beliau. Beliau melakukan technical assistance pada kegiatan kami, khususnya Rancang Bangun Teknologi Konservasi/Restorasi Sumber Daya Laut pada spesises bambu laut (Isis hippuris sp).

Saat itu, saya menyaksikan langsung kepiawaian beliau merakit wahana riset skala laboratorium dari berbagai peralatan yang disiapkan LPTK yang tidak benar-benar bisa dipasang secara otomatis. Beliau juga yang membuatkan desain (lay out), sehingga nampak lebih sederhana. Bersama rekan beliau (Bu Rahmadani) dan asisten beliau (Bung Fajar), akhirnya wahana riset akuarial skala mini untuk bambu laut dapat dioperasikan.

Seiring dengan perubahan anggaran riset di LPTK pada tahun 2017 yang mengharuskan penyesuaian beberapa kegiatan perekayasaan di LPTK, kami mengintegrasikan beberapa kegiatan riset yang serumpun, hingga lahirnya kegiatan dengan skema terpadu: ex-situ dan in situ untuk desain teknologi budidaya bambu laut.

Pada skala ex-situ, LPTK menyiapkan aquarium yang untuk penumbuhan bambu laut. Hasil perlakuan ex-situ ditindaklanjuti dengan kegiatan in-situ di salah satu area perairan di Pulau Wangi-Wangi. Pada kegiatan ex-situ inilah, beliau banyak memberikan masukan, sejak pemasangan peralatan aquarium hingga desain substrat. Beberapa tenaga teknis LPTK mendapatkan transfer keterampilan beliau, khususnya teknis perakitan dan maintenance akuarium.

Pengembangan skema kegiatan integrasi ex-situ dan in-situ tersebut pada tahun 2018 yang dilakukan LPTK menghasilkan ‘branding’ Wakatobi Sea Bamboo, yang merupakan akronim dari Wahana Perekayasaan Teknologi Konservasi Biota Sea Bamboo.

Tentang Wakatobi Sea Bamboo, dapat dilihat pada beberapa artikel berikut:
https://kkp.go.id/brsdm/lptkwakatobi/artikel/32555-bupati-wakatobi-apresiasi-wakatobiais-dan-wakatobi-sea-bamboo
https://suarapemerintah.id/2022/02/mengenal-teknologi-multilokasi-wakatobi-sea-bamboo/
https://perikanan.sariagri.id/77135/teknologi-wakatobi-sea-bamboo-antarkan-peneliti-kkp-raih-satyalancana-pembangunan
https://kilaskementerian.kompas.com/kemen-kp/read/2022/02/13/13365001/dari-wakatobi-kementerian-kp-hasilkan-riset-dan-inovasi-untuk-kelautan-dan

Beliau juga berkesempatan memberikan masukan pada inovasi wahana kegiatan riset LPTK yang disebut dengan Combbity Garden, Community Based Biodiversity Garden.

Tentang Wakatobi Sea Bamboo, dapat dilihat pada beberapa artikel berikut:
https://pusriskel.litbang.kkp.go.id/index.php/en/home/2208-penasehat-menkp-apresiasi-wakatobi-sea-bamboo-dan-combbity-garden-lptk-brsdm-kp
https://penasultra.id/kkp-dan-akademisi-uho-bahas-pengembangan-taman-karang/
https://sultra.kabardaerah.com/rektor-umu-buton-dan-akademisi-uho-gagas-kegiatan-bersama-lptk-wakatobi/

Seingat saya, pada tahun 2020, saya sempat berdiskusi by phone dengan beliau terkait teknologi untuk budidaya anemon laut, sayangnya belum sempat tertindaklanjuti.

Kini beliau telah pergi dalam usia 46 tahun, terbilang masih dalam usia muda (lahir: 15 Mei 1976, Wafat: 21 Juni 2022). Masih dalam usia produktif, yang harusnya masih memungkinkan beliau mendapatkan berbagai prestasi. Tapi itulah ketentuan Allah SWT, yang kita harus tunduk atasnya.

Akhirnya, inilah perjalanan hidup. Beliau, kita, dan siapa saja tidak akan pernah tahu bagaimana bumi ini berkisah tentang kita. Yang pasti hari esok akan memaksa kita menjadi kisah. Akan ada manusia yang dikisahkan dengan baik bersama karya-karya mereka, dan tentu juga ada yang sebaliknya.

Semoga kita bisa mengambil ibrah atas kepergiannya. Sebaik-baik ibrah adalah yang bisa mengantar kita mendapatkan kebaikan atas ilmu dan karya kita untuk menghadap Allah SWT.

Ya Allah ampunilah segenap alpa dan khilafnya, jadikanlah ilmu & karyanya menjadi amal jariah yang tak terputus.
Ya Allah berikanlah kekuatan, kesabaran dan keikhlasan pada keluarga yang ditinggalkannya.
Serta masukanlah beliau dalam golongan hamba-hamba-Mu yang mendapatkan pengampunan-Mu Ya Allah.
Allahumma Aamiin…

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *