Ecosystem Restoration

Sumber: www.iucn.org

Sejak 2020, hasil penelitian para ilmuwan menemukan hal yang mengejutkan tentang bumi. Mereka menemukan bahwa bumi mulai berputar lebih cepat, yang mengakibatkan hari-hari menjadi lebih pendek.

Setidaknya, perputaran bumi saat ini lebih cepat dibanding kapan pun dalam 50 tahun terakhir. Menurut catatan selama 50 tahun terakhir, rekor 28 hari tercepat atau terpendek terjadi pada 2020. Ini karena bumi menyelesaikan rotasi di sekitar porosnya lebih cepat sekian milidetik daripada rata-rata.

Sayangnya hingga saat ini, para ilmuwan belum mendapatkan alasan yang meyakinkan terkait mengapa terjadi peningkatan laju rotasi bumi tersebut. Sementara itu, pada tahun 2021 diperkirakan bumi akan berputar lebih cepat dari biasanya.

Hal tersebut membuat waktu seolah terasa lebih singkat, di mana rata-rata hari berlangsung 0,5 detik lebih pendek dari hitungan sempurna 24 jam.

Walaupun demikian, para peneliti meyakini bahwa kondisi ini hanyalah bersifat sementara, yang akan kembali normal di masa-masa mendatang.

Sesungguhnya bagi seorang muslim, sangat meyakini bahwa segala kejadian yang menimpa bumi dan segenap isinya tidak terlepas dari kehendak Allah SWT.

Allah SWT menghubungkan segala kejadian di bumi bersifat sebab akibat. Kerusakan dan kebaikan kehidupan bumi terkait dengan baik buruknya perilaku manusia.

Allah SWT berfirman dalam QS. Ar-Rum[30]:41, “telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). “

Jika demikian, apakah mungkin memendeknya putaran waktu berhubungan dengan kelalaian manusia? Jawabannya adalah wallahu a’lam bishshowab.

Namun, yang patut direnungkan adalah tentang fakta ka’bah sebagai Pusat Bumi.

Adalah Prof Hussain Kamel (Peneliti dari Mesir) dan Dr. Abdul Basith Muhammad as-Sayid, salah satu anggota Haiah al-I’jaz al-ilmi lil Quran wa as-Sunah (Majelis Keajaiban Ilmiyah Alquran dan sunah) mengemukakan fakta, bahwa Mekkah merupakan pusat bumi.

Fakta tersebut, menurutnya selaras dengan firman Allah SWT dalam QS. Asy-Syura[42]:7, “Dan demikianlah Kami wahyukan Al-Qur’an kepadamu dalam bahasa Arab, agar engkau memberi peringatan kepada penduduk Ummul Quro dan penduduk (negeri-negeri) di sekelilingnya serta memberi peringatan tentang hari berkumpul (Kiamat) yang tidak diragukan adanya. Segolongan masuk surga dan segolongan masuk neraka.”

Kata Ummul Quro pada ayat di atas, yang diartikan sebagai Kota Mekkah, sebagian para penafsir memaknainya relevan dengan makna sebagai Pusat Bumi.

Fakta ini memperkuat pemahaman kita tentang makna thawaf dalam peristiwa haji, yang dilaksanakan setiap tahunnya. Bahwa sesungguhnya gerakan thawaf jamaah haji, mengelilingi ka’bah bukanlah peristiwa biasa. Akan tetapi, gerakan thawaf tersebut, membawa energi yang luar biasa bagi bumi yang kita tempati ini.

Agus Mustofa mengistilahinya dengan sebutan Spiritual Cosmology.

Selain itu lokasi Ka’bah adalah tegak lurus dengan Baitul Makmur, tempat para malaikat melakukan thawaf di langit.

Dengan demikian, berkurangnya manusia yang melaksanakan ibadah haji dan umroh di Mekkah setiap tahunnya, tidak hanya mengurangi pencapaian ibadah haji dan umroh bagi kaum muslimin di seluruh dunia, tetapi bisa saja berhubungan dengan kondisi bumi kita.

Tercatat bahwa, sejak 2020, ketika Pandemi Corona terjadi di berbagai belahan bumi, termasuk Arab Saudi, maka jumlah jamaah haji di Mekkah mengalami penurunan yang sangat drastis.

Sebelumnya setiap tahun, jumlah jamaah haji di Mekkah bisa mencapai 2,4 juta orang. Namun, dalam ibadah haji tahun 2020, dengan alasan pandemi Covid-19, pemerintah Saudi memutuskan hanya mengizinkan sebanyak 10.000 orang. Itu pun cuma untuk warga negara Saudi dan warga negara lain yang bermukim di Tanah Suci.

Itu berarti terjadi pengurangan sebanyak 99% jamaah haji yang melakukan thawaf. Dan kita meyakini bahwa keadaan demikian ini tidak baik bagi kaum muslimin, bahkan tidak baik untuk seluruh manusia dan planet bumi yang dihuninya.

Ditambah lagi tahun ini, Kementerian Agama Republik Indonesia memutuskan kembali tidak mengirim jamaah pada ibadah haji 2021 tahun ini. Penundaan ini menjadi yang kedua setelah tahun lalu (tahun 2020), pemerintah juga tak mengirim jamaah haji karena pandemi virus corona.

Tanggal 5 Juni 2021, seluruh dunia memperingati hari lingkungan hidup, dengan mengkampanyekan pentingnya pemulihan bumi. Sayangnya, sepanjang bumi ini diatur dengan hukum-hukum yang tidak bersandar pada hukum-hukum Allah SWT, maka bumi ini akan selalu mengalami ketidakkeseimbangan.

Kenapa demikian? Oleh karena bumi ini diciptakan oleh Allah SWT lengkap dengan aturan-aturan-Nya. Namun, karena kesombongan manusia, tergeserlah hukum-hukum Allah SWT dengan membuat dan menerapkan hukum-hukum kreasi manusia sendiri.

Kita ini menganggap bahwa bumi beserta lautannya, gunung-gunungnya, segenap yang kita lihat dan pijak ini, kita menganggapnya hanyalah benda mati dan abai untuk dipertimbangan, itu tentu saja adalah kesalahan besar.

Padahal kesemuanya itu adalah peralatan-peralatan yang diciptakan oleh Allah SWT, yang dapat menghidupkan sekaligus dapat membinasakan manusia. Kenapa demikian? Karena hakekatnya seluruh benda-benda di bumi ini berzikir kepada Allah SWT.

Dalam sebuah hadits —derajat dha’if, tapi boleh digunakan untuk alasan ‘peringatan’—, dari Imam Ahmad meriwayatkan dalam “Musnad”-nya , dari Umar bin Al-Khathab ra, Rasulullah Saw, bersabda, “Tidak ada satu malam-pun, kecuali di dalamnya lautan mendekat ke bumi tiga kali, meminta ijin kepada Allah untuk membanjiri/menenggelamkan mereka. Maka Allah -Azza wa Jalla- menahannya.

Oleh karena itu, keberlanjutan bumi ini membutuhkan orang-orang shaleh, yang tidak hanya dibutuhkan ibadah dan zikirnya, tetapi pada saat yang sama selaras dengan pikiran dan amalan nyatanya.

Persis seperti Khalifah Umar bin Abdul Aziz, yang ketika ia memimpin, maka seluruh kekuasaannya menghadirkan kemakmuran. Atas kemakmuran dalam kepemimpinannya, sampai-sampai harimau dan kambing dapat bermain bersama.

Hanya dengan indikator sistem seperti inilah, semangat kita untuk melakukan Ecosystem Restoration, sebagaimana Tema hari Lingkungan Hidup Se-Dunia tahun 2021 ini akan dapat diwujudkan.[]

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *