Alhamdulillah, seluruh Umat Islam di seluruh dunia telah merampungkan puasa Ramadhan dan merayakannya dengan Hari raya Idul Fitri sebagai wujud kemenangan.
Makna Idul Fitri adalah kembali berbuka puasa setelah sebulan penuh melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Kata fitri memiliki kaitan dengan kata fithrah.
Sementara itu makna lain dari Idul Fitri adalah kembali pada fitrah, yakni setiap orang yang berpuasa selama bulan Ramadhan dengan iman dan ikhlas karena Allah, akan diampuni segenap dosanya yang telah lampau.
Rasul SAW bersabda dalam hadits Bukhari:
“Barangsiapa puasa di bulan Ramadhan dengan iman dan ikhlas karena Allah, diampuni dosa-dosanya yang telah lampau.”
Hadits di atas bermakna bahwa, setiap kaum Muslim yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan keikhlasan karena Allah Ta’ala, maka pada hari raya Idul Fitri, ia terbebas dari segala dosa, bersih, suci sebagaimana bayi yang baru lahir dari rahim ibunya.
Sebagaimana sabda Nabi dalam Hadits Riwayat Bukhari: “Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan suci (Islam). Kedua orang tuanyalah yang akan menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi”.
Dengan demikian, jika pelaksanaan puasa Ramadhan ini berjalan normal, maka semua keluarga, kemudian masyarakat, dan negeri-negeri kaum muslimin akan mendapatkan manfaat yang luar biasa. Kenapa demikian?
Oleh karena bulan Ramadhan ini telah berhasil mencetak Sumber Daya Manusia yang unggul, yakni manusia-manusia yang kembali dalam keadaan fitrah, bagaikan bayi yang suci dan bersih dari segala dosa, kesalahan, kejelekan, dan keburukan.
Dampak Ramadhan dan Bonus Demografi
Bayangkan di Indonesia kita yang tercinta ini Pada tahun 2020, dari total penduduk sebanyak 270,20 juta jiwa, tercatat ada 87,2% atau 229 juta jiwa merupakan penduduk muslim.
Jika 229 juta jiwa ini mendapatkan keadaan fitrah selepas bulan Ramadhan, maka negeri kita ini, akan berhasil memproduksi manusia-manusia yang jauh dari tindakan kejahatan dan kemaksiatan.
Evaluasi kependudukan seperti ini sangat penting, mengingat sejak tahun 2020 dan diperkirakan s.d. tahun 2035, Indonesia telah dan akan mengalami apa yang disebut sebagai bonus demografi.
Bonus demografi artinya adalah jumlah penduduk dengan generasi usia kerja jauh lebih banyak jumlahnya (usia 15-64 tahun), dibandingkan dengan usia tidak produktif (yakni usia di bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun).
Lalu berapakah angka Bonus Demografi Indonesia sejak tahun 2020? Ternyata Indonesia menghasilkan angka 70,7% atau 191,9 juta jiwa usia angkatan kerja. Bahkan dari angka tersebut, tercatat: ada 25,87% usia milenial, yakni mereka yang berusia 24-39 tahun.
Bonus Demografi atau bonus jumlah tenaga kerja yang dihasilkan Indonesia bisa saja terancam menjadi bencana jika tidak dimanfaatkan dengan baik, sebagaimana yang dialami oleh negara Brasil dan Afrika Selatan.
Sebaliknya, bisa menjadi keuntungan tertentu bagi negara seperti yang di alami China, Korea Selatan, dan Jepang.
China dan Korea Selatan telah memanfaatkan jumlah angkatan kerja mereka untuk mendukung industri rumah tangga yang memproduksi berbagai komponen peralatan elektronika, dan komponen industri lainnya, sehingga produksi barang-barang elektronika dan industri dari kedua negara tersebut mengalahkan Amerika dan Eropa.
Demikian juga Jepang, di tengah penurunan angkatan kerja di negara mereka, tetapi ekonominya mengalami pertumbuhan yang mengagumkan mengalahkan Amerika dan Eropa.
Lalu, bagaimana dengan Indonesia? Jika jumlah penduduk dengan usia produktif yang demikian banyak tersebut, sekitar 70,7% atau 191,9 juta jiwa, tidak bisa dimanfaatkan dengan baik, melalui berbagai sektor lapangan kerja, mereka menjadi banyak pengangguran, maka berkah Ramadhan yang telah menghasilkan manusia-manusia fitrah, yang bersih dari segala dosa, kesalahan, kejelekan, dan keburukan, bisa berubah menjadi sumber-sumber bencana, kejahatan, dan kemaksiatan.
Dengan demikian, kita memerlukan suatu tatanan keluarga, tatanan masyarakat, dan tatanan negara yang bisa mempertahankan perbaikan-perbaikan kualitas manusia yang telah deprogram-kan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya, Muhammad SAW.
Ramadhan dan Negeri Baldatun Thoyyibatun Wa Rabun Ghafur
Jika Allah SWT dan Rasul-Nya, Muhammad SAW telah merencanakan masa-masa perbaikan kualitas sumber daya manusia melalui Ramadhan selama sebulan lamanya setiap tahunnya, maka setiap keluarga, setiap masyarakat, dan negara seharusnya menyiapkan program, proyek, atau rencana lanjutan untuk mempertahankan kualitas sumber daya manusia tersebut, bahkan mengembangkannya sehingga terwujud negeri Baldatun Thoyyibatun Wa Rabun Ghafur.
Negeri Baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur adalah keadaan negeri yang menjadi dambaan dan impian seluruh manusia. Negeri yang selaras antara kebaikan alam dan kebaikan perilaku penduduknya. Negeri yang penduduknya subur dan makmur, namun tidak lupa untuk bersyukur. Negeri yang seimbang antara kebaikan jasmani dan rohani penduduknya.
Negeri Baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur merupakan negeri yang telah dicirikan sebagai negeri dengan kriteria al-Qur’an. Allah SWT berfirman dalam QS. Saba: 15,
Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik (nyaman) sedang (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun.”